Selasa, 09 Juni 2020

Tak Ada yang Merawat, Puluhan Pasien Corona Meninggal Sendirian di Rumah

 Tercatat puluhan pasien virus Corona COVID-19 di Inggris meninggal sendirian di rumah dan tidak ditemukan hingga dua minggu. Menurut laporan dari The Guardian, para petugas medis yang menyelidiki kematian tersebut mengatakan bahwa korban baru ditemukan setelah teman, saudara, keluarga, atau tetangga membunyikan alarm dan memberitahu pihak berwenang bahwa korban tak kunjung keluar rumah.
Beberapa kasus bahkan tidak terdeteksi cukup lama sehingga begitu ditemukan, tubuh mereka mulai membusuk dan mengarah pada 'epidemi kesepian' akibat COVID-19. Hingga kini masih belum diketahui secara pasti berapa banyak orang meninggal sendirian di rumah tapi semua kasus telah ditangani ke petugas setempat.

Disebutkan bahwa beberapa kasus terjadi di London di antara bulan Maret dan Mei. Kepala unit emergensi RS Royal Collage, Inggris, Prof Martin Marshall mengatakan bahwa kematian tersebut bisa terkait dengan lockdown yang melarang kunjungan antar-warga untuk mencegah penyebaran dan penularan virus Corona.

"Pandemi COVID-19 juga menciptakan epidemi kesepian. Tidak hanya untuk orang tua, beberapa kalangan juga mengalami hal yang sama," katanya.

"Dokter bekerja keras untuk memeriksa dan melindungi pasien dan sukarelawan dari National Health Security (NHS) telah melakukan pekerjaan yang baik dalam merawat orang-orang rentan di komunitas mereka," lanjutnya.

Dokter memperhatikan peningkatan jumlah pasien virus Corona yang meninggal sendiri di rumah seringkali tidak mengalami komplikasi seperti penyakit jantung atau masalah paru.

"Jika orang memilih tidak mencari bantuan medis karena takut tertular Corona atau khawatir menjadi beban bagi petugas kesehatan maka itu sangat memprihatinkan," pungkasnya.

Vitamin K Disebut Bisa Bantu Tekan Keparahan Pasien Corona

Para peneliti di Belanda meyakini bahwa vitamin K bisa membantu seseorang melawan infeksi virus Corona baru, SARS-CoV-2, penyebab COVID-19. Vitamin ini bisa ditemukan pada bayam, telur, dan keju.
Hal ini muncul usai mereka mempelajari pasien yang dirawat di Rumah Sakit Canisius Wilhelmina, Nijmegen, Belanda. Mereka menemukan pasien yang meninggal ternyata mengalami kekurangan vitamin K.

COVID-19 bisa menyebabkan pembekuan darah dan mengarah pada degradasi serat elastis di paru-paru. Vitamin K ini adalah kunci untuk memproduksi protein, yang mengatur pembekuan dan bisa melindungi paru-paru dari penyakit.

Salah satu ilmuwan dalam penelitian itu, Dr Rob Janssen, mengatakan berdasarkan temuan awal itu, ia akan mendorong orang-orang untuk memenuhi vitamin K. Kecuali bagi orang-orang yang mengkonsumsi obat pengencer darah.

"Kita berada dalam situasi yang mengerikan. Saran saya adalah mengkonsumsi suplemen vitamin K. Jika itu tidak membantu melawan COVID-19 yang parah, tapi itu baik untuk pembuluh darah, tulang, dan mungkin juga untuk paru-paru," jelasnya yang dikutip dari The Guardian, Sabtu (6/6/2020).

Dr Janssen mengatakan, di alam terdapat vitamin K1 dan K2. K1 biasanya ditemukan pada bayam, brokoli, sayuran hijau, blueberry, dan berbagai sayur serta buah lainnya. Sementara K2 yang lebih mudah diserap tubuh, bisa ditemukan pada keju Belanda dan keju Prancis," imbuhnya.

Tak hanya itu, Dr Janssen juga menyebut natto, makanan khas Jepang yang terbuat dari kedelai. Makanan itu disebut mengandung banyak vitamin K dan bisa menjadi senjata untuk melawan COVID-19.

"Saya bekerja dengan seorang ilmuwan Jepang di London. Dia bilang, sangat mengejutkan ada di daerah-daerah di Jepang yang warganya sering mengkonsumsi natto. Di sana tak seorang pun meninggal karena COVID-19," kata Dr Janssen.

Kini De Janssen dan timnya sedang mencari sumber dana untuk menggelar uji coba klinis, yang terkait dengan vitamin K terhadap COVID-19.
https://indomovie28.net/flowers-of-evil-aku-no-hana/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar