Google baru saja menghadirkan layanan Google Cloud Platform di Indonesia. Apakah kehadiran ini menandakan Google Cloud dan pemerintah akan bekerjasama dalam membangun pusat data nasional?
Country Director Google Cloud Indonesia Megawaty Khie mengatakan pihaknya tidak terlibat dalam pembangunan pusat data nasional.
"Kami tidak terlibat. Kami berkomitmen untuk mendukung Indonesia 4.0 dan berharap dapat memperdalam kolaborasi kami dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika," kata Megawaty dalam keterangannya yang diterima detikINET, Rabu (24/6/2020).
Seperti diketahui pusat data nasional merupakan salah satu proyek infrastruktur yang dikembangkan Kominfo. Proyek ini diperkirakan akan selesai pada 2023 dan ditujukan untuk konsolidasi data pemerintah.
Megawaty juga mengatakan kehadiran Google Cloud Platform di Jakarta merupakan upaya Google untuk membantu pelanggannya, baik perusahaan besar maupun usaha kecil, untuk memenuhi peraturan dan kepatuhan setempat.
Terkait privasi data yang yang saat ini menjadi bahan perbincangan, Google mengatakan saat ini kontrol terhadap data sepenuhnya ada di pelanggan.
"Google Cloud mengamankan infrastruktur dan menyediakan alat bagi pelanggan untuk meningkatkan keamanan dan perlindungan privasi mereka," jelas Megawaty.
"Kami terus bekerja dengan lembaga pemerintah untuk mengembangkan kerangka kerja regulasi privasi yang dapat dioperasikan yang memastikan perlindungan keamanan yang kritis mengikuti data daripada batas nasional," sambungnya.
Menkominfo Johnny G. Plate dalam sambutannya saat peluncuran Google Cloud Platform Region Jakarta mengatakan pemerintah menyambut baik kontribusi Google Cloud dalam mendukung prinsip pemerintah yang menjunjung kedaulatan dan keamanan data.
"Peluncuran Google Cloud hari ini merupakan contoh sinergi yang sangat baik, di mana sektor dunia usaha, sektor bisnis, turut mendukung kebijakan pemerintah untuk memenuhi teknologi masa kini," ucap Johnny dalam pidato sambutannya.
Geser Xiaomi, Huawei Pimpin Pasar Wearable China
- Laporan terbaru dari data biro riset IDC yang mengungkapkan perangkat wearable di pasar China pada kuartal pertama menurun 11 persen dibandingkan di tahun lalu pada kuartal yang sama.
Jika ditotal terdapat pengiriman 17,6 juta di kuartal pertama 2020 untuk pengiriman perangkat wearable dan Huawei menjadi pengirim terbanyak karena berhasil melampaui Xiaomi di posisi pertama dengan 4,28 juta pengiriman.
Ponsel China Jadi Sasaran Boikot di India Pasca Bentrokan Militer
Dilansir detiKINET dari GSM Arena Xiaomi mengalami penurunan 06 persen dalam pengiriman dengan jumlah pengiriman 4,14 juta unit. Sementara Apple berada di posisi ketiga dengan pengiriman unit 2,84 juta.
Lalu brand lokal LifeSense mengalami pertumbuhan terbesar dengan meningkat hampir 73 persen sementara BBK Electronics anjlok sebanyak 47 persen dan hanya mengirimkan 65 ribu unit.
Melihat perangkat wearable khususnya untuk kategori jam tangan pintar, Huawei sekali lagi menjadi pemimpin pasar dengan 1,04 juta pengiriman dan tumbuh pertahunnya 111,9 persen lalu Apple merosot ke posisi kedua dengan 319 ribu unit, sementara Xiaomi berada di posisi ketiga dengan 128 ribu pengiriman.
Urutan keempat ada Garmin 110 ribu unit dan Huami 98 berada di posisi kelima. Secara keseluruhan pasar smartwatch mengalami peningkatan sebanyak 8,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
https://kamumovie28.com/janus-two-faces-of-desire/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar