China telah menyetujui penggunaan vaksin eksperimental potensial yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi China bekerjasama dengan People's Liberation Army untuk angkatan bersenjata militer.
Vaksin yang diberikan tersebut berjenis Ad5-nCoV, dikembangkan bersama oleh tim di Akademi Ilmu Kedokteran Militer dipimpin oleh Mayor Jenderal Chen Wei, dan perusahaan CanSino Biologics yang berbasis di Tianjin.
Ini adalah pertama kalinya kandidat vaksin COVID-19 diizinkan penggunaannya untuk manusia, dalam hal ini kelompok militer. Dikutip dari South China Morning Post, CanSino Biologics pada Senin (29/6) mengatakan bahwa kandidat vaksin tersebut telah memperlihatkan hasil uji yang aman dan ada respon imun yang cukup kuat terhadap antigen.
Meski Ad5-nCoVu belum memulai uji coba fase tiga, yang akan mengkonfirmasi apakah itu dapat melindungi penerima dari infeksi, militer telah menyetujui penggunaannya selama setahun tetapi belum diizinkan untuk tujuan sipil.
Pihak CanSino mengatakan mereka telah menyelesaikan uji coba fase dua pada 11 Juni, tetapi perusahaan belum merilis data dari penelitian. Data dari fase pertama yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada bulan Mei menunjukkan bahwa Ad5-nCoV adalah kandidat potensial untuk penyelidikan lebih lanjut.
Tiga kandidat vaksin Corona buatan China lainnya telah menyelesaikan uji coba fase dua, dengan hasil yang menjanjikan, menurut pengembang mereka, tetapi tidak ada data yang telah dirilis. Banyak kandidat China sedang merencanakan uji coba fase tiga di negara lain karena penyebaran virus corona di sana dinilai terlalu terbatas untuk menguji kemanjuran vaksin.
Pejabat China sebelumnya mengatakan bahwa beberapa kandidat dapat disetujui penggunaannya untuk darurat pada awal September, yang berarti potensi vaksin dapat diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi lebih awal terhadap penyakit ini.
Bagaimana Cara Membedakan Batuk Biasa dan Gejala Virus Corona?
Batuk adalah salah satu gejala infeksi virus Corona yang paling umum. Batuk juga kerap disertai dengan demam dan kelelahan yang menjadikan seseorang mengalami pilek atau flu. Tapi bagaimana cara membedakan batuk biasa dan gejala virus Corona?
Penting untuk melihat tanda infeksi COVID-19 sejak dini untuk menghindari risiko penularan dan potensi komplikasi. Salah satunya adalah dengan mengamati jenis batuk yang Anda alami.
"Batuk yang merupakan gejala COVID-19 itu kering, persisten, dan bisa membuat orang sesak napas. Ini karena (COVID-19) mengiritasi jaringan paru-paru," kata Maja Husaric dan Vasso Apostolopoulos dari Universitas Victoria, dikutip dari Medical Daily.
Seiring waktu, jaringan paru yang terinfeksi terisi cairan. Lalu pasien akan mengalami lebih sering sesak napas karena tubuh berusaha mendapat oksigen yang cukup.
Tapi batuk juga bisa karena kondisi lain, bukan menjadi gejala virus Corona. Batuk kering, yang seringkali disebabkan oleh COVID-19, biasanya tidak menghasilkan dahak dan dimulai dari belakang tenggorokan dan menyebabkan suara serak.
Batuk 'biasa' biasanya disertai dengan dahak. Adanya cairan di saluran udara membuat suara 'basah' saat batuk.
Tapi batuk kering bisa menjadi berlendir dalam beberapa kondisi tertentu. Misalnya orang dengan pneumonia biasanya mengalami batuk kering pada gejala awal tetapi saat infeksi berkembang, kantung udara paru terisi sekresi peradangan yang menyebabkan batuk berdahak.
Jika ingin memeriksakan diri ke dokter untuk mengecek kondisi Anda, berikut adalah pertanyaan umum yang diajukan dokter tentang batuk:
- Berapa lama batuk berlangsung?
- Kapan batuknya paling parah? Malam, siang, atau sepanjang hari?
- Bagaimana suara batuknya?
- Apakah menimbulkan gejala lain seperti muntah, pusing, atau sulit tidur?
- Seberapa buruk batuk Anda? Apakah sampai mengganggu kegiatan sehari-hari?
https://cinemamovie28.com/canola/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar