Selasa, 30 Juni 2020

Bagaimana Cara Membedakan Batuk Biasa dan Gejala Virus Corona?

Batuk adalah salah satu gejala infeksi virus Corona yang paling umum. Batuk juga kerap disertai dengan demam dan kelelahan yang menjadikan seseorang mengalami pilek atau flu. Tapi bagaimana cara membedakan batuk biasa dan gejala virus Corona?
Penting untuk melihat tanda infeksi COVID-19 sejak dini untuk menghindari risiko penularan dan potensi komplikasi. Salah satunya adalah dengan mengamati jenis batuk yang Anda alami.

"Batuk yang merupakan gejala COVID-19 itu kering, persisten, dan bisa membuat orang sesak napas. Ini karena (COVID-19) mengiritasi jaringan paru-paru," kata Maja Husaric dan Vasso Apostolopoulos dari Universitas Victoria, dikutip dari Medical Daily.

Seiring waktu, jaringan paru yang terinfeksi terisi cairan. Lalu pasien akan mengalami lebih sering sesak napas karena tubuh berusaha mendapat oksigen yang cukup.

Tapi batuk juga bisa karena kondisi lain, bukan menjadi gejala virus Corona. Batuk kering, yang seringkali disebabkan oleh COVID-19, biasanya tidak menghasilkan dahak dan dimulai dari belakang tenggorokan dan menyebabkan suara serak.

Batuk 'biasa' biasanya disertai dengan dahak. Adanya cairan di saluran udara membuat suara 'basah' saat batuk.

Tapi batuk kering bisa menjadi berlendir dalam beberapa kondisi tertentu. Misalnya orang dengan pneumonia biasanya mengalami batuk kering pada gejala awal tetapi saat infeksi berkembang, kantung udara paru terisi sekresi peradangan yang menyebabkan batuk berdahak.

Jika ingin memeriksakan diri ke dokter untuk mengecek kondisi Anda, berikut adalah pertanyaan umum yang diajukan dokter tentang batuk:

- Berapa lama batuk berlangsung?
- Kapan batuknya paling parah? Malam, siang, atau sepanjang hari?
- Bagaimana suara batuknya?
- Apakah menimbulkan gejala lain seperti muntah, pusing, atau sulit tidur?
- Seberapa buruk batuk Anda? Apakah sampai mengganggu kegiatan sehari-hari?

Berpotensi Jadi Pandemi, Virus Baru G4 Berkerabat dengan Flu Babi

Para ilmuwan tengah menyoroti temuan virus baru di China yang disebut potensial memicu pandemi. Dinamakan virus G4, virus yang ditemukan pada babi ini masih berkerabat dengan H1N1 yang mewabah pada 2009.
Walau belum akan menjadi ancaman dalam waktu dekat, virus yang menginfeksi babi ini jadi perhatian para ahli karena diyakini bisa menular ke manusia. Diyakini pula, manusia belum punya imunitas atau kekebalan terhadap virus G4.

Bagaimana virus ini ditemukan?
Antara tahun 2011-2018, para ilmuwan dari China Agricultural University (CAU) menganalisis hampir 30 ribu swab hidung yang diambil dari babi di rumah pemotongan. Dari pemeriksaan tersebut, para ilmuwan berhasil mengisolasi 179 virus flu babi.

Mayoritas di antaranya adalah virus G4 atau salah satu dari 5 strain G lainnya.

"Virus G4 menunjukkan peningkatan tajam sejak 2016 dan merupakan genotip predominan yang beredar pada babi yang terdeteksi di sedikitnya 10 provinsi," tulis para ilmuwan dalam laporannya di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, dikutip dari Sciencemag.

Sangat menular
Para ilmuwan lalu melakukan sejumlah eksperimen, termasih pada ferret (Mustela putorius furo). Mamalia ini umum dipakai dalam riset flu karena mengalami gejala yang mirip pada manusia, termasuk demam, batuk, dan bersin.

Hasil eksperimen menunjukkan virus G4 sangat menular, bereplikasi pada sel-sel manusia dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada ferret dibanding virus lain. Kekebalan terhadap flu pada umumnya tidak memberikan perlindungan terhadap virus ini.

Tes antibodi yang dilakukan menunjukkan 10,4 persen pekerja di industri babi telah terinfeksi. Tes tersebut juga menunjukkan bahwa 4,4 persen dari populasi umum sudah terpapar.

Meski virus baru ini sudah menular dari binatang ke manusia, hingga saat ini belum ditemukan bukti penularan dari orang ke orang.
https://cinemamovie28.com/girls-gone-dead-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar