Rabu, 24 Juni 2020

Sering Dinyinyirin Bela China, Apa Kata Luhut?

 Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan kerap mendapat cibiran soal China. Sejumlah komentar menganggap Mantan Menkopolhukam itu 'mengistimewakan' Negeri Tirai Bambu dalam menjalin hubungan dengan Indonesia.
Dirinya pun menjawab nyinyiran pihak-pihak tertentu yang mempertanyakan kedekatan Indonesia dengan China. Luhut menjelaskan alasan Indonesia tidak bisa menolak keberadaan China karena memang negara tersebut punya peran yang cukup besar di pasar global.

"Dampak COVID-19 ini ada dampak di Tiongkok, kita nyinyir lihat Tiongkok. Tiongkok itu 18% mengontrol ekonomi dunia. Kita suka tidak suka saya harus sampaikan, kita nggak bisa ignore keberadaan dia. Nah ini punya dampak. Apalagi jarak kita dekat dengan dia," terang Luhut dalam rapat bersama Banggar DPR RI, Senayan, Senin (22/6/2020).

Meski begitu, pemerintah Indonesia tetap memberi syarat ketat kepada China dalam menjalin kerja sama dan investasi dengan Indonesia. Setidaknya ada lima syarat wajib yang harus dipenuhi negara tersebut bila ingin membangun kerja sama dengan Indonesia.

"Dengan Tiongkok saya pikir investasi terus meningkat. Dan mereka memenuhi kriteria yang kita berikan. Jadi tidak ada tidak. Ada lima kriteria untuk masuk ke Indonesia. Satu, dia harus bawa teknologi. Dua dia harus teknologi transfer, tiga dia harus added value, keempat dia harus melakukan B2B dari tiap itu, kelima dia harus menggunakan tenaga kerja kita sebanyak mungkin," tegasnya.

Namun, Luhut mengakui masih harus menyerap tenaga kerja asing khususnya untuk bidang-bidang tertentu.

"Tapi dalam konteks ini karena kita tidak punya engineer yang cukup dalam teknologi. Sekarang ini kita punya pegawai Indonesia itu 92%, ada juga 8% asing dari Tiongkok ada juga dari Prancis," sambungnya.

Tak hanya dengan China, Luhut memastikan, Indonesia juga menjalin kerja sama serupa dengan negara lain seperti Amerika Serikat dan Timur Tengah.

"Kita memelihara balance of power antara Timur Tengah, Tiongkok dan Amerika Serikat. Dan sekarang pemerintahan Presiden Joko Widodo, hubungan kita dengan tiga-tiga ini, saya boleh katakan sangat baik. Ketika dengan Abu Dhabi untuk pertama kali ada masuk investasi yang masuk hampir US$ 25 miliar sepanjang sejarah republik dan itu semua ongoing," tambahnya.

Kenapa RI Doyan Impor Ventilator?

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyinggung soal ketergantungan pemerintah Indonesia yang masih terbiasa membeli alat kesehatan dari luar negeri terkait pengobatan pasien virus Corona dibanding memproduksi sendiri. Bambang pun mengaitkan hal itu dengan salah satu alat untuk membantu pasien COVID-19 di Tanah Air yaitu ventilator yang diborong dari luar negeri.
Sebab, para peneliti maupun perekayasa asal Indonesia tidak diminta pemerintah untuk membuat ventilator tersebut.

"Triple Helix di Indonesia belum jalan ya. Kenapa kita enggak pernah bikin ventilator? Penyebabnya simple (sederhana), enggak pernah ada yang minta ventilator di Indonesia. Karena setiap kali butuh ventilator langsung beli dari luar negeri dan itu sudah menjadi kebiasaan, norma seolah-olah 'Oh kalo ventilator Indonesia enggak bisa bikin, beli saja dari luar'," kata Bambang dalam forum virtual, Senin (22/6/2020).

Triple Helix yang dimaksud Bambang adalah sinergi dan penyatuan tiga kalangan yang terdiri dari kalangan akademik, bisnis atau pengusaha, dan pemerintah. Ketiga kalangan tersebut semestinya memiliki motivasi untuk meningkatkan dinamika dan daya kesinambungan ekonomi.

Lebih lanjut Bambang mengatakan sebetulnya kemampuan peneliti dan perekayasa dalam negeri sudah sangat mumpuni tetapi masalahnya adalah mereka tidak diminta untuk membuat inovasi terkait riset dan teknologi.

"Jadi sebenarnya kemampuan researcher kita kemampuan peneliti perekayasa kita sudah sangat hebat, masalahnya mereka enggak pernah diminta untuk melalukan apa-apa. Jadi memang belum ada keberpihakan kepada istilahnya kepada inovasi Indonesia karena ya sekali lagi kita sudah terbiasa dengan kebiasaan impor," tuturnya.

Selain itu, ia menjelaskan salah satu alasanya ingin mengembangkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) karena ada birokrasi di dalam penelitian yang dibuat oleh suatu badan penelitian atau peneliti itu sendiri.

"Kemudian kita dalami lagi kenapa Triple Helix enggak jalan, pemerintahnya terlalu birokratis ya. Kalau saya mau jujur, kenapa saya mau mengembangkan BRIN, saya melihat birokrasi dengan penelitian itu tidak nyambung karena lain dimensi dan tujuannya," tandasnya.
https://indomovie28.net/silam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar