Kamis, 25 Juni 2020

Balada GoLife, Dari Spin Off Sampai Ditutup Gojek

 Penutupan GoMassage dan GoClean oleh Gojek menjadi akhir dari layanan GoLife. Kisahnya dulu dibuka dengan spin off untuk menjadikan Gojek sebagai sebuah super apps.

Pandemi Corona memang memukul industri start up, termasuk ride hailing seperti Gojek. Mereka dengan berat hati menutup GoLife, selain juga PHK terhadap 430 karyawannya.

Jika melihat sejarahnya, tidak ada yang menduga juga langkah GoLife dihentikan COVID-19. Data yang dihimpun detikINET, Kamis (25/6/2020) GoLife menjadi spin off Gojek pada Maret 2017 silam.

Gojek dan GoLife memang beda lini bisnis. Gojek fokus pada transportasi, pengiriman dan logistik. GoLife condong pada gaya hidup dengan menawarkan GoMassage, GoClean, GoGlam dan GoAuto.

GoLife dinikmati pengguna dalam aplikasi tersendiri dan berkiprah 2 tahun lamanya, dan bertambah lagi dengan GoFix, GoDaily, GoLaundry dan Service MarketPlace.

Kemudian, mulai terjadilah penurunan permintaan layanan. Pada Desember 2019, Gojek pun memutuskan untuk menutup 6 layanan GoLife, yaitu GoGlam, GoFix, GoAuto, GoDaily, GoLaundry dan Service MarketPlace.

Pukulan COVID-19

Hanya GoClean dan GoMassage yang dipertahankan memasuki tahun 2020, karena memang menjadi konsumsi utama pada GoLife. Lalu, virus Corona datang menerjang.

Para akhir Maret 2020, Gojek memutuskan untuk menghentikan GoMassage karena COVID-19. Tidak mungkin memijat konsumen dengan physical distancing. Hanya GoClean yang bisa tetap dilanjutkan.

Namun pukulan pandemi belum berhenti. Akhirnya pada 26 Maret 2020, akhir nasib GoLife ditentukan. Layanan ini tutup sepenuhnya sebagai dampak pandemi COVID-19.

Layanannya masih bisa diakses sampai 27 Juli 2020. Penutupan GoLife diikuti dengan PHK terhadap 430 karyawan. Mereka yang dipecat diberikan pesangon dan sejumlah benefit lain. Para mitra yang terdampak pun diberikan sejumlah bantuan.

Itulah akhir dari kisah GoLife. Gojek ingin fokus pada bisnis inti (core business) sebagai perusahaan jasa transportasi berbasis aplikasi.

"Yaitu bisnis transportasi, pesan-antar makanan dan uang elektronik sebagai langkah jangka panjang dalam menghadapi pandemi COVID-19," demikian pernyataan pihak Gojek dalam keterangan resminya.

Kecaman Keras Para Bos Teknologi Soal Larangan Visa Trump

Cukup banyak pegawai asing yang berkarya di raksasa teknologi Amerika Serikat. Tak heran jika mereka mengecam keras aturan visa baru yang dikeluarkan pemerintahan Donald Trump yang mempersulit para pegawai itu.
Trump menandatangani perintah eksekutif yang menangguhkan pekerja asing dengan visa H-1B yang memungkinkan perusahaan untuk menggaet pekerja asing berkemampuan tinggi di bidang tertentu, dan visa L-1 yang memungkinkan perusahaan memindahkan pegawai dari kantor di luar negeri.

Tapi langkah ini langsung ditentang oleh perusahaan teknologi yang banyak menggaet pekerja lewat skema visa H-1B. Berikut pernyataan mereka yang dikutip detikINET dari Reuters:

Sundar Pichai - CEO Google, Alphabet

Imigrasi telah berkontribusi luar biasa pada kesuksesan ekonomi Amerika, membuatnya jadi pemimpin global di teknologi dan membuat Google seperti sekarang ini. Kecewa dengan pengumuman ini, kami akan terus berdiri bersama imigran dan bekerja untuk mengembangkan peluang bagi semua.

Susan Wojcicki - CEO YouTube

Imigrasi adalah kisah sentral Amerika dan sentral juga bagi keluarga saya. Mereka menghindari bahaya dan menemukan rumah baru di Amerika. Di YouTube, kami bergabung dengan Google bersama imigran dan bekerja untuk mengembangkan kesempatan bagi semua.

Amazon

Amazon menentang keputusan pemerintah yang berpandangan pendek untuk menghentikan program visa skill tinggi. Menerima bakat global terbaik dan paling cemerlang itu penting untuk pemulihan ekonomi Amerika. Kami akan terus mendukung program dan upaya melindungi hak para imigran.
https://kamumovie28.com/fate-stay-night-heavens-feel-ii-lost-butterfly/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar