Selasa, 09 Juni 2020

6 Bulan Lebih Hadapi Pandemi, WHO Jelaskan Mengapa Corona Masih Belum Berakhir

 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara untuk melanjutkan upaya penanganan virus Corona dengan ketat. Hal ini disampaikan WHO seiring dengan laporan lonjakan kasus Corona di beberapa negara.
"Lebih dari enam bulan menjadi pandemi, ini bukan saatnya bagi negara mana pun untuk mengambil langkah (melonggarkan upaya pencegahan)," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada briefing online, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (9/6/2020).

"Lebih dari 136.000 kasus baru dilaporkan di seluruh dunia pada hari Minggu, paling banyak dalam satu hari sejauh ini," jelas Tedros.

Hampir 75 persen laporan kasus Corona terbanyak dilaporkan dari 10 negara, sebagian besar di Amerika dan Asia Selatan. Maria van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO pun mengatakan pandemi Corona masih jauh dari kata selesai.

"Ini masih jauh dari selesai," kata van Kerkhove.

Menurut Van Kerkhove banyak negara yang melakukan pelacakan kontak telah mengidentifikasi kasus tanpa gejala tetapi tidak menangani kasus tersebut untuk diisolasi. Tidak sedikit yang menganggap bahwa mereka bukan menjadi penyebaran virus Corona lebih lanjut.

Gaduhnya Netizen Saat Mulai Ragukan Bahaya Virus Corona

Ramai di media sosial soal anggapan tidak ada yang meninggal karena virus Corona COVID-19. Penyebab meninggal pasien Corona disebut karena penyakit penyerta yang dimiliki pasien.
"Tidak ada orang yang meninggal murni karena covid-19 dikarenakan di dalam tubuhnya ada beraneka macam virus dan bakteri yang sudah masuk terlebih dahulu jauh hari sebelum corona masuk... Jika ada ribuan orang yang meninggal karena Corona, itu artinya sebelum corona Datang sudah ada ribuan macam virus yang menyerang orang-orang tersebut. Sehingga ketika corona datang, antibodi di tubuhnya sudah tidak bisa mengantisipasi lagi," tulis satu pengguna di Facebook.

Meski begitu, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), menepis anggapan tersebut. Faktanya di lapangan ada pasien positif virus Corona yang meninggal dunia tanpa penyakit penyerta.

"Harus diluruskan. Fakta-fakta kasus kematian pasien COVID-19 itu ada," kata dr Agus pada detikcom, Senin (8/6/2020).

Mengapa banyak yang mulai meremehkan Corona?
Spesialis penyakit dalam sekaligus influencer kesehatan dr Dirga Sakti Rambe, SpPD, dari Omni Hospitals Pulomas membenarkan saat ini tampaknya mulai ramai keraguan terkait virus Corona. Kemungkinannya bisa karena mulai dari rasa jenuh berlama-lama di rumah hingga motif ekonomi.

"Iya, saat ini ada kecenderungan masyarakat mulai meremehkan penyakit ini," kata dr Dirga pada detikcom, Senin (8/6/2020).

"Pasti ada faktor (bosan -red) itu. Jenuh di rumah. Hal lain adalah motif ekonomi, harus cari duit," lanjutnya.

Kasus-kasus meremehkan Corona namun berujung penyesalan
Banyak pula kasus-kasus yang meremehkan virus Corona dari mulai anggapan hoax, mengikuti coronavirus challange, hingga tidak mematuhi protokol kesehatan. Tidak sedikit dari mereka menyesal atas perilakunya.

Salah satunya pria asal Florida, ia baru menyesal menganggap virus Corona COVID-19 hoax usai dirinya dinyatakan positif terinfeksi Corona.

"Ini bukan taktik untuk menakut-nakuti siapapun, ini juga tidak dibuat-buat. Ini adalah virus sungguhan yang berbahaya dan harus dianggap serius," kata Brian.

Kasus Corona di Indonesia
Hingga kini kasus positif Corona di Indonesia sudah tembus 32.033 orang. 1.883 di antaranya dinyatakan meningal dunia, 10.904 lainnya berhasil sembuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar