Senin, 22 Maret 2021

Cegah Varian Corona Baru, Peneliti WHO Sarankan Vaksinasi Secepatnya

 Saat ini setidaknya sudah ada tiga varian baru Corona yang jadi perhatian utama dunia. Varian B117 dari Inggris yang disebut bersifat lebih mudah menular dan mematikan, B1351 dari Afrika Selatan yang lebih resistan terhadap antibodi, dan P1 dari Brasil yang bisa menyebabkan reinfeksi.

Ahli menyebut kemunculan varian COVID-19 merupakan cara virus beradaptasi lewat mutasi. Ini merupakan proses alami yang terjadi ketika virus diberi kesempatan untuk berkembang, menginfeksi banyak manusia.


Kepala peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, menyebut vaksinasi bisa jadi salah satu cara untuk menghentikan kemunculan varian-varian baru di masa depan. Karena itu ia mengimbau agar program vaksinasi COVID-19 terus dilakukan dan masyarakat dunia mendukung dengan turut berpartisipasi.


Vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini setidaknya masih efektif untuk mencegah infeksi yang parah dan menghindari kematian.


"Mayoritas vaksin efektif mencegah penyakit parah, kejadian rawat di rumah sakit, dan kematian. Ini benar-benar terjadi pada semua vaksin yang sudah diteliti. Ini hal penting yang kita mau," kata Soumya seperti dikutip dari situs resmi WHO pada Senin (22/3/2021).


"Kita juga harus ingat bahwa semakin banyak orang yang divaksinasi dan mengembangkan imunitas, maka semakin kecil kesempatan bagi virus bereplikasi, tumbuh, bertambah, serta menyebar ke orang-orang. Dengan demikian kita mengurangi kesempatan virus bermutasi menghasilkan lebih banyak varian," pungkasnya.

https://nonton08.com/movies/dia/


Kabar Baik! Studi Terbaru Sebut Antibodi COVID-19 Bertahan 9 Bulan


Jurnal medis The Lancet menyebut, sekitar 40 persen pasien positif COVID-19 di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China tengah, memiliki antibodi yang dapat menawarkan perlindungan agar tak tertular kembali oleh virus Corona setidaknya selama sembilan bulan.

Menurut studi itu, tingkat kemunculan kasus positif COVID-19 yang dilakukan di Wuhan, kota yang sempat terdampak paling parah oleh virus itu, hanya mencapai 6,9 persen, yang mengindikasikan bahwa hanya sebagian kecil dari populasi Wuhan yang tertular COVID-19 usai merebaknya epidemi itu.


"Menilai proporsi populasi yang telah tertular COVID-19 dan mereka yang kebal menjadi krusial dalam menentukan strategi pencegahan dan pengendalian yang efektif untuk mengurangi potensi merebaknya kembali pandemi itu di masa mendatang," tutur Wang Chen, penulis utama artikel tersebut sekaligus Presiden Akademi Ilmu Kedokteran China dan Peking Union Medical College.


Dikutip dari laman News CGTN, survei seroprevalensi jangka panjang pertama di Wuhan, peneliti menguji antibodi COVID-19 pada 9.500 penduduk usai kebijakan karantina wilayah di kota tersebut dicabut pada April 2020 lalu. Tes sampel darah juga dilakukan pada Juni serta pada bulan Oktober dan Desember untuk memeriksa apakah antibodi itu ada.


Studi-studi terdahulu di banyak negara menunjukkan bahwa populasi yang telah tertular COVID-19 yang dihitung berdasarkan tingkat kasus positif antibodi serum jauh lebih tinggi dibandingkan kasus penularan sebenarnya.


Studi baru itu menunjukkan bahwa kemungkinan hal ini sebagian besar disebabkan oleh orang yang tertular COVID-19 bersifat asimtomatik (tanpa gejala), tidak menjalani tes Corona, atau dirawat karena memiliki gejala infeksi yang ringan.


Selain itu, ditemukan bahwa antibodi pada pasien asimtomatik lebih rendah dibandingkan pada pasien terkonfirmasi COVID-19 dan kasus asimtomatik dalam studi tersebut.


Studi ini menggarisbawahi pencapaian luar biasa dalam sistem kesehatan masyarakat China dalam mengendalikan wabah COVID-19 di Wuhan ketika pengujian, pelacakan, dan sumber daya perawatan belum berkembang.


"Ini menjadi tonggak penting dalam deskripsi penularan SARS-COV-2 dan pemahaman kami terkait kekebalan di masa pandemi COVID-19," tulis Richard Strugnell, seorang pakar mikrobiologi dan imunologi terkemuka dari Institut Doherty Australia.

https://nonton08.com/movies/creative-control/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar