Imigran asal Korea Selatan ini kaya mendadak berkat kesuksesan toko online hasil gagasannya. Menurut estimasi Forbes, hartanya USD 7,6 miliar atau lebih dari Rp 109 triliun. Namanya Bom Kim.
Bom Kim lahir di Seoul pada tahun 1978, tapi meninggalkan Korsel bersama keluarganya di umur 7 tahun dan pindah ke Amerika Serikat. Saat ini, dia sudah berkebangsaan AS.
Kim diterima kuliah di kampus elit, Harvard, namun cuma bertahan 6 bulan dan dropout. Ia lalu kembali ke Korsel dan mendirikan toko online Coupang pada tahun 2010, namun tetap berkebangsaan AS dan sering balik ke sana.
Toko onlineCoupang berkembang pesat dan menerima pendanaan USD 3,8 miliar dari beberapa investor termasuk Sequoia Capital dan Softbank yang memiliki sekitar sepertiga dari saham Coupang. Coupang menjelma jadi perusahaan e-commerce terbesar di negeri Ginseng.
Seperti dikutip detikINET dari Independent, perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 10 ribu karyawan tidak hanya di Seoul, tapi juga Shanghai, Beijing, Los Angeles, Seattle dan Silicon Valley.
Baru-bar ini, Coupang IPO atau berjualan saham perdana di New York Stock Exchange. Mereka berhasil mengumpulkan USD 4,55 miliar, merupakan debut kedua terbesar perusahaan Asia di NYSE setelah Alibaba.
Kim yang memegang saham Coupang pun kaya mendadak dengan harta USD 7,6 miliar kini dimilikinya. Memang inovasinya di Coupang memikat konsumen dan membuat toko online ini maju pesat.
Coupang yang sering dijuluki sebagai Amazon dari Korea ini bisa mengantar barang dengan amat cepat dan biayanya pun murah. Bahkan bisa dikirim di hari yang sama.
Korsel sendiri menempati ranking 7 dunia soal pasar e-commerce terbesar. Itu pula yang meyakinkan banyak investor bahwa toko online Coupang yang dinakhodai Kim bakal makin berkembang di masa depan.
https://maymovie98.com/movies/the-snow-queen-2-refreeze/
4 Vaksin Corona Model Baru, Ada yang Disetrum
Setahun setelah World Health Organization (WHO) resmi menyatakan virus Corona sebagai pandemi, sudah ada 11 vaksin yang mendapat izin penggunaan.
Namun, ke-11 vaksin tersebut dinilai tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan di seluruh dunia. Setidaknya itu yang dikatakan oleh Esther Krofah, Direktur Eksekutif di FasterCures. Menurutnya dari sekitar 7 miliar orang yang ada di bumi, baru 1,2% yang mendapat vaksinasi.
"Kita membutuhkan sebanyak mungkin vaksin yang dapat melewati proses ilmiah," ujarnya.
Namun untungnya, saat ini sudah ada 251 vaksin COVID-19 lain yang ada di tahap pengembangan, dengan 60 di antaranya sudah diujikan ke manusia. Bahkan beberapa di antaranya sudah hampir selesai pengembangannya.
Dilansir Science News, Sabtu (27/3/2021) berikut ini beberapa vaksin jenis baru yang dianggap berpotensi untuk menambah daftar vaksin Corona yang mendapat izin pemakaian. Vaksin-vaksin ini mempunyai cara kerja berbeda dengan vaksin yang sudah ada.
Vaksin ini menggunakan beberapa bagian dari protein bernama peptide, dan beberapa protein yang ada di virus Corona, atau tepatnya SARS-CoV-2. Peptide yang dipakai ini menyerupai struktur penting dari protein yang ada di virus Corona.
Saat disuntikkan ke dalam tubuh, peptide buatan laboratorium ini mendorong tubuh untuk membuat sistem antibodi.
Dibanding vaksin lainnya yang menggunakan protein spike secara keseluruhan, Covaxx hanya menggunakan sebagian dari protein dari virus Corona yang penting untuk mendorong reaksi dari sistem imunitas manusia. Selain itu, vaksin ini pun bisa disimpan secara stabil dalam suhu kulkas biasa.
Saat ini Covaxx tengah menjalani pengujian tahap kedua di Taiwan untuk mempelajari respon imunitas dan efek sampingnya. Pengujian tahap 2 dan 3 juga akan segera dilakukan di Brazil untuk menentukan tingkat efikasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar