Setelah berminggu-minggu tak terdengar kabarnya, Presiden Tanzania John Magufuli meninggal dunia. Hal ini disampaikan Wakil Presiden Samia Suluhu Hassan pada Rabu (17/3/2021) malam di usia 61 tahun.
Dalam pidatonya, Hassan mengatakan Magufuli meninggal karena penyakit jantung di rumah sakit di Dar-Es-Salaam. Penyakit tersebut telah dideritanya selama 10 tahun.
Magufuli pertama kali dirawat karena penyakitnya di Jakaya Kikwete Cardiac Institute pada 6 Maret lalu dan sempat diperbolehkan pulang. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada 14 Maret, ia dilarikan ke rumah sakit lagi setelah merasa tidak enak badan.
Semasa hidupnya, Magufuli adalah orang yang skeptis dan sudah lama meremehkan tingkat keparahan COVID-19. Ia bahkan mendesak warga Tanzania untuk berdoa, menghirup uap, dan menggunakan obat-obatan lokal untuk melindungi diri dari penyakit COVID-19 tersebut.
Dikutip dari Al Jazeera, pada Juni 2020 lalu Magufuli sempat menyatakan bahwa Tanzania sudah bebas dari virus Corona berkat campur tangan Tuhan. Ia juga menolak untuk menggunakan masker ataupun menerapkan tindakan lockdown.
Namun, sebelum menghilang dari publik, Magufuli sempat mengakui bahwa virus Corona masih beredar di negaranya. Hal ini terjadi pasca wakil presiden semi-otonom Zanzibar diketahui meninggal akibat COVID-19.
https://nonton08.com/movies/forever-young/
Kelelawar Diduga Kuat Jadi Sumber Pandemi Corona, Ini Kata WHO
Sampai saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih belum mengumumkan secara rinci asal usul Corona yang sudah menyebar di banyak negara. Namun, pakar ekologi penyakit WHO Peter Daszak yang ikut terlibat dalam investigasi memberikan sedikit titik terang dari analisis awal.
Virus Corona diyakini menyebar dari kelelawar ke manusia melalui spesies perantara, kemungkinan besar berasal dari peternakan hewan liar China.
"Virus itu kemungkinan ditularkan dari kelelawar di China selatan ke hewan di peternakan satwa liar, dan kemudian ke manusia. Peternakan satwa liar adalah bagian dari proyek yang telah dipromosikan pemerintah China selama 20 tahun untuk mengangkat penduduk pedesaan keluar dari kemiskinan dan menutup kesenjangan pedesaan-perkotaan," kata Daszak yang dikutip dari Live Science, Kamis (18/3/2021).
"Mereka mengambil hewan eksotis, seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun dan tikus bambu, dan mereka membiakkannya di penangkaran," lanjutnya.
Namun, WHO masih belum mengetahui pasti hewan apa yang membawa virus dari kelelawar ke manusia.
"Saya pikir SARS-CoV-2 pertama kali menyerang orang-orang di China Selatan. Tampaknya seperti itu," ujar Daszak yang dikutip dari NPR.
Daszak dan para ahli lainnya di tim WHO percaya bahwa peternakan satwa liar menjadi jalur penularan yang kuat antara kelelawar yang terinfeksi virus Corona di Yunnan (negara tetangga Myanmar) dan pasar hewan Wuhan.
"China menutup jalur itu karena suatu alasan. Pada Februari 2020, mereka percaya ini adalah jalur yang paling mungkin (untuk membuat virus Corona menyebar ke Wuhan). Dan ketika laporan WHO keluar, kami percaya itu adalah jalur yang paling mungkin," jelasnya.
Daszak mengatakan, untuk langkah selanjutnya yang mereka lakukan adalah mencari secara spesifik hewan mana yang membawa virus, dan lokasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar