Kamis, 18 Maret 2021

Ahli WHO Rekomendasikan Vaksin COVID-19 J&J untuk Lawan Varian Baru

  Vaksin yang dikembangkan Johnson & Johnson (J&J) direkomendasikan untuk digunakan di negara-negara diserang varian baru virus Corona. Rekomendasi ini dikeluarkan oleh Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE), kelompok ahli imunisasi yang jadi penasehat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Rekomendasi ini diungkapkan setelah vaksin J&J terbukti efektif melawan varian baru Corona yang sangat mengkhawatirkan. Dengan membandingkan hasil uji coba massal vaksin J&J di berbagai negara, SAGE mengatakan vaksin itu bisa mengatasi varian dari Afrika Selatan.


Hal serupa juga terjadi di Brasil yang memiliki varian baru Corona dominan.


"Kita memiliki vaksin yang terbukti aman dan menunjukkan kemanjuran yang diperlukan untuk bisa direkomendasikan oleh kami pada orang di atas usia 18 tahun ke atas," kata Ketua SAGE Alejandro Cravioto yang dikutip dari Livemint, Kamis (18/3/2021).


"Di negara-negara dengan penyebaran varian baru yang tinggi dan di negara-negara yang sekarang memiliki informasi tentang penggunaan vaksin ini untuk mengendalikan SARS-CoV-2 yang disebabkan oleh varian-varian ini, kami sarankan untuk menggunakannya (vaksin J&J)," jelas Alejandro.


WHO telah memberikan izin penggunaan darurat untuk vaksin J&J pada Jumat (12/3/2021) lalu. Vaksin COVID-19 ini menjadi yang ketiga yang dimasukkan dalam Emergency Use Listing (EUL) setelah vaksin Pfizer dan AstraZeneca.


Vaksin COVID-19 J&J ini disebut memiliki kelebihan karena diberikan dalam bentuk dosis tunggal. Artinya, tidak perlu disuntikkan dua kali untuk memberikan perlindungan yang maksimal.


Satu dosis dari vaksin J&J ini memiliki efikasi sebesar 66,9 persen untuk melawan infeksi simtomatik atau bergejala. Setelah 14 hari diberikan, efikasinya mencapai 76,7 persen untuk melawan penyakit COVID-19 yang parah.


SAGE juga mengatakan, kemanjuran vaksin ini akan meningkat menjadi 85,4 persen setelah hari ke-28 diberikan.

https://nonton08.com/movies/forever-2/


Kata ITAGI soal Kasus Pembekuan Darah Pasca Disuntik Vaksin AstraZeneca


- Vaksin AstraZeneca masih ditunda penggunaannya di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tengah mengkaji lebih lanjut laporan kasus pembekuan darah pasca divaksin.

Executive Secretary Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dr Julitasari Sundoro mengatakan, sejauh ini tak ada bukti sebab akibat antara vaksin AstraZeneca dengan pembekuan darah.


Hal tersebut dikonfirmasi otoritas kesehatan Eropa (EMA). Begitu juga dengan rekomendasi WHO, yang masih menyarankan vaksinasi AstraZeneca terus dilanjutkan.


"Kasus pembekuan darah itu memang banyak, banyak sekali, di luar dari yang dilaporkan pasca divaksin. Tidak ada kaitan antara vaksinasi dengan pembekuan darah," bebernya dalam webinar online Kamis (18/3/2021).


Meski begitu, Julitasari menyebut penundaan vaksinasi AstraZeneca dilakukan semata-mata karena kehati-hatian. Pasalnya, investigasi dari Strategic Advisory Group of Experts on Immunization of the World Health Organization juga belum diungkap.


"Kehati-hatian menunda sambil menunggu informasi yang update, terus menerus berkoordinasi dengan EMA, jadi seperti BPOM Indonesia tapi di Eropa," lanjutnya.


"Bersifat menunggu dulu, jadi bukan membatalkan, menunda sementara. Jadi kita menunggu hasil investigasi dari SAGE, karena vaksin kita untuk saat ini masih cukup dari supply Sinovac, masih cukup," pungkasnya.

https://nonton08.com/movies/live-forever-the-rise-and-fall-of-brit-pop/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar