Sabtu, 20 Maret 2021

Alasan BPOM Setujui Penggunaan Vaksin AstraZeneca di Indonesia

  Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan vaksin AstraZeneca akan terus dipakai menyusul laporan kasus pembekuan darah di Eropa. Ditegaskan, tak ada kaitan antara vaksin AstraZeneca dengan kasus pembekuan darah.

"Saat ini angka kejadian COVID-19 global termasuk di Indonesia masih tinggi, sehingga walaupun pada pemberian vaksinasi mungkin dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), namun risiko kematian akibat COVID-19 jauh lebih tinggi," jelas juru bicara vaksinasi COVID-19 BPOM Lucia Rizkia Andalusia dalam konferensi pers Jumat (19/3/2021).


Vaksin AstraZeneca sebelumnya juga sudah mengantongi izin penggunaan darurat dari BPOM per tanggal 22 Februari 2021. Izin EUA didapat setelah melihat mutu khasiat serta keamanan vaksin dari hasil uji vaksin AstraZeneca.


"Hasil evaluasi uji klinik secara keseluruhan AstraZeneca dua dosis interval 8-12 minggu total 23.475 subyek aman dan ditoleransi dengan baik," sebut Rizka.


Terlebih antibodi yang muncul pasca divaksin Corona AstraZeneca disebut Rizka untuk dewasa teter mencapai 32 kali dan lansia 21 kali. Adapun efikasi yang didapatkan 62,1 persen, sesuai dengan ambang batas pemberian EUA vaksin Corona menurut WHO, 50 persen.


Dari hasil uji vaksin AstraZeneca, keluhan efek samping paling banyak kategori ringan hingga sedang. Seperti reaksi lokal nyeri saat ditekan, muncul rasa panas hingga pembengkakan. Adapula reaksi sistemik sakit kepala, panas, dan meriang.


"Serta reaksi seperti kelelahan, sakit kepala, panas meriang dan nyeri sendi," pungkasnya.

https://tendabiru21.net/movies/winter-in-tokyo/


N439K Sudah Masuk RI, Menkes Sebut Bukan Mutasi yang Dikhawatirkan


Varian virus Corona dengan mutasi N439K tercatat sudah masuk ke Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut mutasi ini lebih 'smart' dan perlu diwaspadai.

Namun menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mutasi N439K sebenarnya sudah lama masuk ke Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mendeteksi varian tersebut di beberapa negara di dunia.


"Memang varian ini sudah cukup lama masuk ke Indonesia. Varian ini sebenarnya juga sudah beberapa negara di Eropa, keluarnya juga di Eropa dan terdeteksi oleh WHO di sana," kata Menkes Budi dalam konferensi pers melalui kanal YouTube Perekonomian RI, Jumat (19/3/2021).


Menurut Menkes, mutasi ini tidak termasuk dalam Variant of Concern (VoC) maupun variant of interest (VoI).


"Mutasi itu sudah ratusan mungkin udah ribuan sekarang, kita bisa lihat di Gisaid," lanjutnya.


Menkes Budi menjelaskan, WHO perlu melakukan riset untuk menentukan apakah suatu varian atau strain baru masuk ke dalam Variant of Interest. Jika terbukti bahwa mutasi tertentu bisa meningkatkan laju penularan dan fatalitas sebuah varian virus Corona, akan masuk ke dalam Variant of Concern.


"Jadi, supaya teman-teman lebih tenang. Karena memang banyak varian-varian baru yang itu hilangnya cepat. Setahu saya, ini juga termasuk satu varian yang menghilangnya dari peradaban cepat," pungkasnya.

https://tendabiru21.net/movies/yowis-ben-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar