- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut jumlah cakupan vaksinasi Corona lansia masih jauh tertinggal dibandingkan petugas pelayanan publik seperti wartawan hingga politisi.
Menurutnya, ajakan vaksinasi Corona pada lansia kerap sulit dibandingkan di usia dewasa rentang 18-59 tahun. Padahal, mereka termasuk orang yang berisiko tinggi fatal karena COVID-19 sehingga perlu diprioritaskan.
Menanggapi hal ini, Budi akan segera mengeluarkan kebijakan baru untuk memperluas vaksinasi COVID-19 lansia.
"Saya nanti akan segera keluarkan kebijakan satu orang muda relawan boleh disuntik asal bawa dua orang tua. Karena orang tua juga susah diajaknya, itu pesannya," jelas Budi, dikutip dari unggahan video Instagram Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI).
"Selain nakes, yang paling berisiko adalah orang di atas 60 tahun, kenapa? Kalau orang kaya kita-kita ini yang muda-muda di belakang, misalnya 100 yang kena (COVID-19), 100 sembuh, karena virus ini sebenarnya nggak terlalu fatal kaya Ebola atau HIV," bebernya.
Menkes meminta agar para lansia dibantu untuk segera mendapatkan vaksinasi COVID-19. Ia menyoroti angka kematian akibat COVID-19 yang selama ini dilaporkan pada lansia.
"Kalau lansia 100 kena, 40-50 orang meninggal. Jadi artinya apa, lansia itu berisiko, itulah kenapa lansia harus divaksin duluan," kata Budi.
"Problemnya di Indonesia itu, lansia kalah kalau rebutan, kalah sama wartawan, kalah sama bankir, sama politisi kalah, kurang bisa bertarung. Jadi tolong dibantu kakek kita, nenek kita, mertua kita orang tua kita," pungkasnya.
Budi belum menjelaskan detail kebijakan seperti apa yang akan berlaku dan kapan hal tersebut akan segera diterapkan.
https://indomovie28.net/movies/the-gathering-2/
Vaksin COVID-19 AstraZeneca Bentuk Hirup Sedang Disiapkan Peneliti
Peneliti dari Oxford University sedang menyiapkan vaksin COVID-19 yang dikembangkan bersama AstraZeneca dalam bentuk hirup. Vaksin ini rencananya akan diuji ke 30 relawan berusia 18-40 tahun.
Dikutip dari Reuters pada Jumat (26/3/2021), para peneliti di Inggris sempat menjelaskan bahwa pemberian vaksin hirup diharap dapat menimbulkan respons imun lokal di saluran napas. Vaksin juga diharap lebih mudah diberikan pada orang-orang yang sulit menghadapi jarum suntik.
Kepala peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, memprediksi akan semakin banyak variasi vaksin COVID-19 di tahun 2022. Ini karena para pengembang terus melakukan inovasi untuk menghadapi situasi pandemi yang juga berkembang.
Kemungkinan nantinya akan ada juga vaksin yang diberi lewat oral atau koyok.
"Saya pikir di awal 2022 kita akan melihat berbagai jenis vaksin mutakhir," kata Soumya.
Hingga saat ini sudah ada lebih dari 80 jenis kandidat vaksin COVID-19 di dunia yang masuk dalam tahap uji klinis. Pada akhir tahun 2021 diprediksi akan ada enam sampai delapan kandidat vaksin lagi yang siap dianalisa untuk mendapat izin penggunaan darurat.
Cerita dr Tirta Kena TBC, Di-bully hingga Imun Tak Bisa Pulih Total
Perjuangan panjang melawan Tuberkulosis (TBC atau TB) telah dilalui dokter yang juga influencer Tirta Mandira Hudhi alias dr Tirta. Masih dengan gaya ngegasnya, dr Tirta membagikan kisahnya kepada wartawan.
Pengalaman mengidap TBC dirasakan dr Tirta ketika masih duduk di Sekolah Dasar. Rasa sakit, pengobatan, hingga cemooh dari lingkungan sekitar dihadapinya. Ini rangkumannya.
1. Di-bully karena efek obat
Sebagaimana pengidap TBC pada umumnya, dr Tirta juga mengalami pengobatan jangka panjang yang tidak boleh terputus. Sempat ada 'protes' muncul dalam dirinya atas kondisi tersebut.
"Saya dulu sampai pernah menyalahkan Tuhan. Kenapa saya doang yang kena? Apa karena saya miskin?" ujar dr Tirta dalam talkshow peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia, Kamis (25/3/2021).
Untuk sembuh, dr Tirta konsisten mengonsumsi beragam obat. Efek sampingnya, giginya menguning. Rundungan dari teman-teman sepermainan ia hadapi terus-menerus.
Belum lagi, tak sedikit orang di sekitarnya takut tertular. Bagi dr Tirta kala itu, dijauhi teman-teman bukan lagi hal baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar