Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) mengungkap sekitar dua pertiga atau 65 persen responden menyatakan bersedia menerima vaksin COVID-19 jika disediakan pemerintah.
Hanya saja masih ada sebagian orang yang menolak rencana vaksinasi COVID-19 atau sekitar 8 persen dari jumlah responden. Menurut survei tersebut tingkat penerimaan vaksin tertinggi (69 persen) berasal dari responden yang tergolong kelas menengah dan yang terendah (58 persen) berasal dari responden yang tergolong miskin.
Ada beberapa alasan masyarakat Indonesia tak bersedia disuntik vaksin. Dalam survei ini responden mengungkapkan kekhawatiran terhadap keamanan dan keefektifan vaksin,
menyatakan ketidakpercayaan terhadap vaksin, dan mempersoalkan kehalalan vaksin.
Berikut alasan penolakannya:
Tidak yakin keamanannya (30 persen)
Tidak yakin efektif (22 persen)
Takut efek samping (12 persen)
Tidak percaya vaksin (13 persen)
Keyakinan agama (8 persen)
Lain-lain (15 persen).
Untuk memastikan aspek keamanan dan kehalalan vaksin yang menjadi alasan penolakan, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan pemerintah telah menerjunkan tim gabungan ke negara produsen untuk memastikan aspek tersebut.
"Sangat penting bagi kami untuk terus memastikan bahwa vaksin tersebut aman. Kami juga melibatkan petugas kesehatan dan membangun kapasitas mereka, karena petugas kesehatan adalah sumber informasi paling terpercaya di masyarakat," kata Oscar.
https://cinemamovie28.com/movies/gangster-exchange/
Kabar Baik! Vaksin COVID-19 Sinovac Picu Respons Imun 4 Pekan Usai Suntik
Perkembangan vaksin COVID-19 kembali menyampaikan kabar baik. Kali ini, hasil awal uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac asal China, CoronaVac, berhasil memicu respons imun yang cepat.
Namun, catatannya tingkat antibodi yang dihasilkan lebih rendah daripada antibodi dimiliki seseorang pasca pulih dari COVID-19. Dikutip dari Reuters, hasil awal uji coba vaksin COVID-19 ini disampaikan pada Rabu.
Para peneliti menyebut hasil awal uji klinis vaksin COVID-19 tersebut dapat menunjukkan perlindungan yang cukup. Sementara itu, CoronaVac dan empat vaksin eksperimental lainnya yang dikembangkan di China saat ini sedang menjalani uji coba tahap akhir untuk menentukan apakah benar efektif mencegah COVID-19.
Temuan Sinovac dimuat dalam makalah peer reviewed di jurnal medis The Lancet Infectious Diseases, berdasarkan hasil uji klinis Fase I dan Fase II vaksin COVID-19 di China yang melibatkan lebih dari 700 peserta.
"Temuan kami menunjukkan bahwa CoronaVac mampu memicu respons antibodi yang cepat dalam empat minggu setelah imunisasi dengan memberikan dua dosis vaksin pada interval 14 hari," Zhu Fengcai, salah satu penulis makalah tersebut, mengatakan.
"Kami yakin ini membuat vaksin cocok untuk penggunaan darurat selama pandemi," kata Zhu dalam sebuah pernyataan.
Sinovac saat ini sedang menjalankan uji klinis tahap ketiga di beberapa negara termasuk Indonesia. BPOM sendiri memastikan pemberian izin emergency use of authorization (EUA) belum bisa diberikan di Indonesia per Desember 2020.
Kepala BPOM Penny K Lukito menjelaskan selambat-lambatnya pemberian EUA baru bisa diberikan Januari minggu ketiga. Hal ini dikarenakan data terkait persyaratan izin EUA dipastikan belum terlengkapi hingga akhir tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar