Joe Biden, presiden terpilih Amerika Serikat (AS) membuat kesalahan dalam pidato terpenting di hidupnya, Sabtu malam. Ia salah menyebut jumlah orang yang meninggal akibat COVID-19 di AS.
Dikutip dari Daily Mail, kejadian ini terjadi saat pria 77 tahun naik ke panggung untuk pidato pertamanya sebagai presiden terpilih AS. Joe Biden dengan penuh semangat memberikan pidato kemenangan atas presiden terpilih AS pada ratusan pendukung di Wilmington, Delware.
"Saya harap itu dapat memberikan kenyamanan dan penghiburan bagi lebih dari 230 juta, ribu, keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai karena virus Corona COVID-19 yang mengerikan tahun ini," sebut Joe Biden setelah melafalkan himne.
Jumlah kematian akibat virus Corona COVID-19 saat ini di AS tercatat lebih dari 230 ribu kasus, bukan lebih dari 230 juta. Biden pun langsung memperbaiki kesalahan penyebutannya menjadi lebih dari 230 ribu.
Biden dikenal memiliki gagap dan kondisi ini sudah memengaruhinya sejak kecil.
Pernyataan Mantan Wakil Presiden ini juga sempat dinilai blunder verbal di kongres masa lalu. Namun, Biden meyakini kondisi ini tak terlalu berpengaruh dan tidak membawa beban dalam menjalankan tugas.
Cukup sehatkah Joe Biden menjalani tugas kepresidenan Amerika Serikat?
Kesiapan Joe Biden dalam menjalani tugas kepresidenan dikhawatirkan sejumlah orang karena sudah lanjut usia. Seperti yang disebutkan Richard Dupee, MD, chief of geriatrics di Tufts Medical Center, ada peningkatan risiko kesehatan yang muncul seiring bertambah usia.
"Terutama risiko penurunan kognitif," sebut Dupee.
Di atas usia 65 tahun, risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer atau demensia vaskular meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun. Demensia memengaruhi satu dari 14 orang berusia di atas 65 tahun dan satu dari enam orang di atas 80 tahun.
Namun, Dr Kevin O'Connor dari The George Washington University menjelaskan kondisi Biden cukup sehat baik secara fisik maupun mental.
"Saraf kranial dan fungsi vestibularnya adalah normal," sebutnya.
https://nonton08.com/movies/prostitution/
Alami Gejala COVID-19 Tak Biasa, Wanita Ini Merasa Haus Terus Menerus
Seorang wanita asal Inggris terinfeksi virus Corona, tanpa merasakan gejala-gejala khas yang biasanya muncul. Wanita bernama Alys Morgan mengatakan, kondisinya saat itu seperti mengalami mabuk perjalanan hingga merasa haus terus menerus.
"Rasanya seperti mabuk perjalanan, mengalami migrain atau vertigo," kata Alys Morgan yang dikutip dari Express UK, Senin (9/11/2020).
Tak hanya itu, Alys yang berusia 63 tahun ini juga mengalami muntah-muntah. Ia pun selalu mencoba minum jus jeruk, setiap kali ia merasa kesakitan. Hingga akhirnya, ia tidak bisa minum apapun termasuk air putih.
Setelah mengalami hal itu, Alys menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan kondisi tubuhnya. Bahkan ia juga tidak bisa berjalan, sehingga suaminya memutuskan untuk memanggil ambulans.
Namun, setelah menjalani beberapa tes, tubuh Alys masih belum menunjukkan gejala khas COVID-19. Alys didiagnosis mengalami malnutrisi dan dehidrasi, sehingga ia dibawa ke Rumah Sakit Ysbyty Glan Clwyd di Bangor, Wales. Selama di sana, Alys rutin melakukan tes Corona, hingga pada akhirnya ia dipastikan positif COVID-19.
"Saya tidak menyangka sama sekali saat menerima hasilnya. Saya tidak mengalami gejala umum, seperti demam tinggi atau batuk," jelasnya.
Hal yang dirasakannya saat terinfeksi yaitu mual yang luar biasa yang membuatnya tidak bisa makan dan minum. Selama di rumah sakit, ia diberikan obat standar pasien COVID-19.
Selain itu, para ahli gizi juga membantu Alys agar berat tubuhnya kembali normal. Misalnya dengan mengkonsumsi kue, milkshake, hingga puding. Bantuan lainnya untuk Alys yaitu dari fisioterapi, untuk membantunya belajar berjalan lagi seperti semula.
Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) memasukkan mual dan muntah sebagai tanda atau gejala virus Corona. Tanda atau gejala lainnya termasuk menggigil, kelelahan, hingga nyeri tubuh atau otot.
CDC juga melaporkan bahwa beberapa pasien juga mengalami gejala lain, seperti sakit tenggorokan, sakit kepala, atau pilek. Meski begitu, CDC masih terus memperbarui daftar gejala COVID-19 karena para ahli masih terus memantau perkembangan virus ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar