Rabu, 25 November 2020

Kisah Viral Mantan Perokok, Berat Badan Turun 30 Kg karena Kena TBC

 Seorang mantan perokok harus kehilangan berat badan nyaris 30 kg dalam waktu sebulan karena infeksi tuberkulosis (TB atau TBC). Setelah berobat dan berhenti merokok, kondisinya berangsur membaik dan berat badannya hampir kembali normal. Kisahnya viral di TikTok.

"It's me 51 kg after recoverying from bacteria filled my lung," jelas sang pemilik akun @plisbahagia tersebut.


"It's me 35 kg, because i get that illness. Please stop smokking if you love your body," pesannya.


Saat dikonfirmasi detikcom, Senin (23/11/2020), pria bernama Achmad itu menjelaskan bahwa dirinya terkena TBC. Sebelumnya, ia terbiasa merokok, minum minuman beralkohol. Pola hidup yang dijalani pAchmad tidak sehat karena sering stres.


"Mungkin penyebab utamanya karena rokok tapi bisa ditambah pengaruh dari kadar stress sehingga imun yang diciptain jadi hancur jadi gampang masuk penyakit lain. Ataupun minuman beralkohol," ujar Achmad.


Pria asal Jakarta itu mengatakan bisa menghabiskan dua bungkus rokok per hari jika sedang stres. Setelah didiagnosis TBC pada akhir Maret lalu, berat badannya turun dari 65 kg menjadi 40 kg dalam waktu satu bulan, dan ia selalu merasa kelelahan.


Akibatnya, ia terpaksa cuti kuliah karena terganggunya aktivitas sehari-hari saat terkena penyakit paru itu.


Meski awalnya sulit, Achmad mencoba mengurangi jumlah rokok dengan mengganti memakan permen khusus pengganti rokok yang disarankan dokter. Selain itu ia juga rajin berolahraga, berjemur di bawah sinar matahari, minum air yang cukup, dan mengurangi paparan angin malam.

https://tendabiru21.net/movies/comic-8-casino-kings-part-2/


Corona Ngegas Terus di DKI, Ini Berbagai Kemungkinan Penyebabnya


Peningkatan jumlah kasus COVID-19 di DKI Jakarta masih terbilang tinggi. Rata-rata kasus harian masih di atas seribu, dengan rekor tertinggi 1.579 kasus dalam sehari.

Senin (23/11/2020), DKI mencatatkan 1.009 kasus baru dan menempati peringkat teratas penambahan kasus harian. Menyusul di bawahnya adalah Jawa Tengah dengan 1.005 kasus.


Ahli epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut kondisi DKI Jakarta masih belum aman meskipun beberapa kali sempat keluar dari zona merah. Peningkatan kasus masih mungkin terjadi karena DKI menjadi pusat ekonomi dan mobilitas manusia.


"DKI ini belum aman. Karena Jakarta ini, dia magnet ekonomi, jadi pergerakan manusianya dari seputar Jakarta ini tinggi banget," jelas Dicky pada detikcom, Senin (23/11/2020).


"Dan apa yang terjadi di Jakarta adalah imbas yang terjadi di sekitarnya, termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, se-Jawa ini saling berinteraksi," lanjutnya.


Agar pandemi COVID-19 ini terkendali, Dicky menyarankan agar beberapa daerah tersebut yang ada di satu pulau Jawa ini harus memiliki strategi yang komprehensif. Strategi tersebut harus merata, tidak hanya diterapkan di DKI Jakarta saja.


"Jadi kalau Jakarta saja, jadi nanti setelah PSBB (pembatasan sosial berskala besar) menurun, nanti akan naik lagi. Cukup segelintir atau 1-2 orang saja bisa membuat kondisi pandemi di satu wilayah atau daerah itu meledak lagi," ujar Dicky

https://tendabiru21.net/movies/dilan-1991/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar