Varian baru SARS-COV-2 dari Inggris, B117, bermutasi lagi. Dalam beberapa kasus yang ditemukan, para ilmuwan mendapati mutasi E484K seperti yang dimiliki oleh varian Afrika Selatan.
Para ilmuwan meyakini, perubahan ini bisa berpengaruh pada efikasi vaksin yang ada saat ini. Temuan ini sekaligus mengingatkan betapa rumitnya lockdown meski vaksin sudah ditemukan.
Sejauh ini, dilaporkan ada 11 laporan mutasi E484K pada varian Inggris. Terbanyak ditemukan di wilayah barat daya.
Mutasi E484K yang terjadi pada protein spike adalah mutasi yang sama seperti ditemukan pada varian Afrika Selatan maupun Brasil. Mutasi tersebut saat ini menjadi sorotan internasional.
"PHE (Public Health England) tengah mengamati situasi dengan cermat dan segala intervensi kesehatan masyarakat yang diperlukan sedang dilakukan, termasuk memperkuat pelacakan kontak dan langkah-langkah pengendalian," kata seorang juru bicara, dikutip dari Reuters, Kamis (4/2/2021).
Beberapa penelitian menemukan bahwa vaksin dan terapi antibodi yang ada saat ini lebih tidak efektif pada varian Afrika Selatan. Sebaliknya, vaksin yang ada masih manjur untuk varian Inggris versi sebelumnya.
Sederhananya, kode E484K adalah semacam koordinat dalam peta. Angka 484 menunjukkan lokasi tepat terjadinya mutasi pada virus, sedangkan huruf E menunjukkan asam amino atau protein awal, sedangkan huruf K adalah asam amino hasil mutasinya.
https://indomovie28.net/movies/modern-times/
Kabar Baik! Antibodi COVID-19 Bisa Bertahan Hingga Enam Bulan Pasca Sembuh
Sebuah studi besar di Inggris menunjukkan hampir semua pasien COVID-19 yang sudah pulih memiliki antibodi yang tinggi. Kondisi ini disebut bisa melindungi mereka dari risiko reinfeksi, setidaknya selama enam bulan.
"Sebagian besar orang mempertahankan antibodi yang bisa dideteksi setidaknya selama enam bulan setelah terinfeksi virus Corona," kata Naomi Allen, seorang profesor dan kepala ilmuwan di UK Biobank yang menjadi tempat studi dilakukan, dikutip dari Reuters, Rabu (3/2/2021).
Hasil dari studi tersebut menunjukkan di antara peserta yang sudah pulih dari COVID-19, 99 persen dari mereka mempertahankan antibodi terhadap virus Corona selama tiga bulan. Setelah enam bulan dalam penelitian ini, 88 persen dari mereka masih memiliki antibodi tersebut.
"Meskipun kami tidak bisa memastikan bagaimana ini berkaitan dengan kekebalan, hasilnya menunjukkan bahwa orang mungkin akan terlindungi dari infeksi berikutnya (reinfeksi) setidaknya selama enam bulan pasca infeksi alami," jelasnya.
Allen juga mengatakan, temuan ini juga sesuai dengan hasil penelitian lain di Inggris dan Islandia. Penelitian tersebut menemukan bahwa antibodi terhadap COVID-19 cenderung bertahan selama beberapa bulan pada orang-orang yang sudah sembuh.
Berdasarkan studi dari Inggris juga menemukan bahwa proporsi populasi Inggris dengan antibodi COVID-19 (seroprevalensi), naik dari 6,6 persen pada awal studi pada Mei-Juni 2020 menjadi 8,8 persen pada November-Desember 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar