Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo tengah melakukan penelitian terapi pasien COVID-19 menggunakan alat plasmapheresis. Berbeda dengan terapi plasma konvalesen, metode ini dilakukan tanpa membutuhkan donor.
Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Reviono, mengatakan telah menguji metode itu selama sembilan bulan. Menurutnya, keberhasilan terapi itu mencapai 70 persen.
"Keberhasilannya setara dengan plasma konvalesen, sekitar 70 persen untuk pasien gejala berat. Kalau untuk pasien kritis, di bawah itu," kata Reviono usai menerima kunjungan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy di RS UNS, Sukoharjo, Jumat (19/2/2021).
Dia menjelaskan terapi itu dilakukan hanya untuk pasien bergejala berat hingga kritis. Cara kerjanya ialah dengan membersihkan plasma darah yang kotor dan menambahkannya dengan albumin atau protein yang nantinya bisa membuat kekebalan tubuh.
"Pasien akan diambil plasmanya menggunakan plasmapheresis. Zat-zat yang berbahaya akibat infeksi COVID-19 dikeluarkan. Kemudian volume plasma yang keluar itu diganti albumin dan dimasukkan lagi ke dalam tubuh, jadi tidak perlu donor. Prosesnya selama empat jam," kata dia.
Direktur RS UNS, Hartono, proses setelah penelitian ini ialah melaporkan hasil riset. Jika lolos, dia berharap bisa segera masuk dalam protokol Kemenkes dalam penanganan COVID-19.
"Di RS UNS pakai plasma konvalesen dan plasmapheresis. Tapi yang plasmapheresis masih berbasis penelitian," kata Hartono.
Namun pasien yang menggunakan terapi ini tidak ditanggung oleh Kemenkes maupun BPJS Kesehatan. Biaya terapi mencapai Rp 25 juta.
Sementara itu, Menko PMK Muhadjir Effendy dalam kunjungannya sempat memuji plasmapheresis yang tengah diteliti UNS. Menurutnya, metode itu ialah terapi COVID-19 yang pertama di Indonesia.
"Plasmapheresis ini cara kerjanya beda dengan plasma konvalesen. Ini saya kira belum ada di Indonesia. Tapi masih harus uji klinis sampah betul-betul memenuhi standar Kemenkes," pungkasnya.
https://indomovie28.net/movies/syirik/
Cara Cek Penerima Vaksin COVID-19, Klik pedulilindungi.id
- Vaksin COVID-19 terus diberikan pada kelompok yang dinilai berisiko terinfeksi virus corona. Mulai Rabu (17/2/2021), pemberian vaksin COVID-19 tahap dua mulai diberikan pada lansia dan petugas pelayanan publik.
Cara cek penerima vaksin COVID-19 bisa dilakukan dengan klik https://pedulilindungi.id. Pengecekan online ini sangat mudah dan bisa diakses semua orang dengan gadget masing-masing.
Berikut cara cek penerima vaksin COVID-19:
1. Klik https://pedulilindungi.id
2. Ketik Nama Lengkap, NIK, centang ketentuan I'm not a robot, lalu klik Periksa
3. Informasi status penerima vaksin COVID-19 dapat diketahui
Di atas adalah contoh hasil cara cek penerima vaksin COVID-19 yang tidak terdaftar.
Sesuai petunjuk dalam situs pedulilindungi.id, data diri harus diisi dengan benar. Jika data diri tidak ditemukan bisa menghubungi Call Center 119 dengan extension 9.
Vaksin COVID-19 diberikan juga pada pekerja di sektor pariwisata, misal pegawai sub-sektor hotel dan restoran. Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, ada 121.485 pegawai hotel dan restoran yang akan menerima vaksin COVID-19.
Maulana mengatakan, pegawai hotel dan restoran umumnya merasa senang akan menerima vaksin COVID-19. Hanya sebagian kecil yang enggan disuntik vaksin COVID-19, karena itu Maulana berharap ada vaksin COVID-19 gelombang berikutnya untuk pegawai hotel dan restoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar