Banyak faktor yang jadi penyebab penularan virus Corona, mulai dari tingkat kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan hingga tempat publik yang cenderung rawan menjadi tempat terjadinya penularan virus.
Tempat-tempat yang dianggap paling rawan terjadi penularan tersebut biasanya karena merupakan pusat berkumpulnya orang atau masyarakat, atau menjadi jalur lalu lalang masyarakat umum.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, seorang ahli bernama Dr. Sanjay Gupta menyebutkan bahwa kita tidak perlu melakukan lockdown asalkan masyarakat disiplin memakai masker dan menghindari kelima lokasi ini dengan cara apa pun.
Karena kondisi lingkungannya yang sedemikian rupa, penularan virus Corona sangat mudah terjadi di lima tempat berikut ini, seperti dikutip dari laporan BGR.
Tiga dari lima tempat tersebut saling terkait, yakni bar, kafe, dan restoran. Tentunya cukup jelas mengapa tiga tempat ini rawan penularan COVID-19, salah satu alasannya karena tiga tempat ini diatur sedemikian rupa tertutup dalam ruangan.
"Ditambah lagi ada banyak pelanggan yang berdekatan satu sama lain, dan Anda harus melepaskan masker wajah ketika makan dan minum, saat itulah virus mudah menular," kata Gupta.
Dua tempat lainnya yang disebut Gupta cukup problematis, yakni hotel dan tempat ibadah. Tentunya karena di kedua tempat ini banyak orang berlalu lalang sepanjang hari.
"Terutama hotel, banyak di antaranya sebelumnya dari bandara yang sangat berpotensi menjadi penyebar COVID-19," kata Gupta.
"Lima tempat ini ada lokasi-lokasi utama di mana 80% transmisi secara viral terjadi di masyarakat kita," tutupnya.
https://trimay98.com/movies/the-deal-6/
Taktik China Siapkan Yuan Digital Gantikan Dollar AS
China tak ingin ketinggalan soal teknologi, termasuk mata uang digital. Yuan digital dipersiapkan sejak jauh-jauh hari yang digadang-gadang bisa menggantikan posisi dollar AS sebagai mata uang global.
Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Minggu (21/2/2021) inilah aneka langkah China mempersiapkan Yuan digital:
Siap 'Dominasi' Dunia
Pada September 2020, People's Bank of China (PBOC) disebut sudah melakukan uji coba di sejumlah wilayah di China. Penambang Bitcoin asal China Chandler Guo menyebut sistem pembayaran yang dibuat oleh China yang disebut dengan DCEP. Guo menyebutkan DCEP ini akan menjadi mata uang resmi China dalam versi digital dan akan menjadi mata uang global yang mendominasi.
"Suatu hari nanti semua orang di dunia akan menggunakan DCEP," kata dia.
Guo mengatakan keberhasilan DCEP ini dilandasi dengan banyaknya orang China yang berada di luar negeri. Kendati begitu, banyak yang mempertanyakan juga, pengembangan mata uang ini akan menimbulkan kekhawatiran jika uang itu digunakan untuk memata-matai warga China.
Sama seperti Bitcoin, DCEP menggunakan teknologi blockchain untuk memverifikasi transaksi. Dalam praktiknya blockchain ini tidak memerlukan bank jika ingin melakukan pembayaran satu sama lain.
Penampakan Yuan Digital
Pertama kali Yuan digital terdeteksi berasal dari tangkapan layar ini berasal dari aplikasi seluler milik Agricultural Bank of China. Munculnya Yuan digital pada kuartal pertama 2020 itu sempat bikin heboh jagat maya.
Dalam aplikasi tersebut terlihat jika aplikasi uang digital ini memiliki fungsi dasar yang mirip dengan platform pembayaran online lain. Misalnya Alipay dari Alibaba, WeChat Pay dari Tencent.
Saat itu Lembaga Penelitian Mata Uang Digital, People's Bank of China (PBOC) selaku pengawas pengembangan proyek ini justru enggan mengomentari tangkapan layar uang digital China tersebut. Pasalnya, hanya mereka yang tahu bagaimana bentuk asli mata uang digital tersebut dan hanya mereka pula yang berhak meluncurkan versi akhirnya.
Jika uang ini diluncurkan, maka China akan menjadi negara dengan ekonomi besar yang mengeksplorasi mata uang digital dan dikontrol oleh PBOC, mulai dari sistem desentralisasi yang mendasari cryptocurrency seperti Bitcoin dan tidak memerlukan administrasi dari otoritas pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar