Beberapa bulan awal pandemi virus Corona (COVID-19) merebak di Indonesia, sejak Maret 2020 stok masker medis sempat langka dan menyebabkan harga melambung tinggi.
Tak heran jika pada awal pandemi harga masker medis per box bisa mencapai Rp 500.000-an. Apotek-apotek juga sempat kehabisan stok masker medis karena diborong masyarakat.
Namun, seiring berjalannya waktu muncullah gerakan pakai masker kain. Gerakan itu sukses membuat masyarakat yang tak kedapatan membeli masker medis, mau menggunakan masker kain untuk melindungi diri.
Kini, kondisinya jauh berbeda. Pemakaian masker medis kembali marak, apalagi dengan kemunculan jenis-jenis baru masker medis. Untungnya, stok masker medis di pasaran juga tersedia banyak.
Dari catatan Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki), selama Juli-Desember 2020, angka produksi masker medis dalam negeri mencapai 3,1 miliar lembar, dengan rincian 350,5 juta lembar per bulan. Sementara, kebutuhan dalam negeri selama periode tersebut hanya 129,8 juta lembar. Artinya, ada kelebihan stok hingga 2,97 miliar lembar.
"Kesimpulannya, kapasitas industri dalam negeri sudah jauh melampaui kebutuhan dalam negeri," kata Kepala Bidang I Promosi Produk Dalam Negeri Aspaki Erwin Hermanto kepada detikcom," Senin (15/2/2021).
1. RI Masih Impor 12 Ribu Ton Masker Medis
Walaupun stok dalam negeri melimpah, Indonesia masih mengimpor masker medis dengan jumlah yang cukup besar. Bahkan, karena banyaknya masker medis impor di pasaran, para produsen terpaksa menahan sebagian kapasitas produksinya.
"Bahkan pada saat ini mayoritas produsen masker dalam negeri hanya menggunakan sebagian dari kapasitas produksi karena banyaknya ketersediaan produk masker di pasar terutama produk impor," jelas Erwin.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2020 tercatat sebanyak 12 ribu ton masker medis impor yang masuk ke Indonesia. Rinciannya 2.620 ton masker bedah dari bahan tekstil; 9.499 ton masker lainnya dari bahan tekstil selain masker bedah; dan 750 ton masker gas dilengkapi bagian mekanis maupun filter yang dapat diganti. Dari ketiga jenis tersebut, negara pengimpor terbesar adalah China, Singapura, dan sebagainya.
Untuk nilai impor masker media sepanjang 2020 mencapai US$ 223,5 juta atau setara Rp 3,1 triliun (kurs Rp 13.994). Kemudian, sepanjang Januari 2021, tercatat 3.261 ton masker medis diimpor ke Indonesia dengan nilai US$ 26,74 juta atau setara Rp 371 miliar.
https://indomovie28.net/movies/a-soldiers-revenge/
Virus Ebola Jadi Epidemi di Guinea, Ini Gejala yang Dialami Para Pasien
Virus Ebola telah ditetapkan menjadi epidemi di Guinea. Penetapan ini dilakukan usai sebanyak 4 dari 8 orang dilaporkan meninggal akibat penyakit ini.
"Menghadapi situasi ini dan sesuai dengan peraturan kesehatan internasional, pemerintah Guinea mengumumkan epidemi Ebola," kata Kementerian Kesehatan setempat, dikutip dari Reuters.
Menurut Kepala Badan Keamanan Nasional Guinea Sakoba Keita, penularan virus Ebola ini berawal dari seorang pasien yang berprofesi sebagai perawat. Ia dinyatakan sakit sejak akhir Januari 2021, kemudian meninggal dan dimakamkan pada 1 Februari.
Selanjutnya, sebanyak 7 orang diduga tertular virus Ebola pada saat menghadiri pemakaman jenazah pasien tersebut. Dilaporkan, mereka mengalami gejala berupa diare, muntah, hingga pendarahan.
"Tiga dari mereka meninggal, dan empat lainnya di rumah sakit," jelas Sakoba Keita.
Apa saja gejala Ebola?
Dikutip dari situs resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), gejala Ebola umumnya akan muncul dalam 2-21 hari setelah melakukan kontak dengan penderita. Berikut gejala yang bisa dialami oleh pasien Ebola.
Demam
Sakit kepala
Nyeri otot dan sendi
Kelelahan
Diare
Muntah
Pendarahan
Mata merah
Muncul ruam kulit.
Seiring berjalannya waktu, gejala dari infeksi virus Ebola bisa menjadi makin parah. Maka dari itu, apabila kamu mengalami gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar