Pemakaian strap mask atau tali masker tengah populer di kalangan muda mudi. Pemakainya menganggap tali masker mempermudah penggunaan masker saat beraktivitas.
Ketika harus membuka masker, pengguna cukup menggantungkan masker di leher dengan bantuan tali tersebut. Cara ini juga dianggap lebih praktis terlebih saat makan.
Hanya saja para ahli mengatakan penggunaan tali justru berisiko menularkan virus. Saat digantung, masker akan mengenai pakaian, yang bisa jadi terkontaminasi virus.
"Naik turunnya masker itu yang kita khawatirkan, terlebih jika jari-jari kita menyentuh bagian luar masker," kata etua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting.
Ada saat di mana orang-orang butuh melepas masker, terutama ketika makan. Saat berada di luar dan harus melepas masker, ada cara aman untuk menyimpannya tanpa harus menggunakan tali masker.
Anne Liu, ahli penyakit menular di Stanford Health Care, mengatakan jika masker dilepas dan tak bisa langsung dicuci karena masih berada di luar rumah, simpan masker kain yang sudah dilipat ke dalam plastik kedap udara. Maka ada baiknya bila kamu juga menyediakan kantong plastik dengan klep penutup yang kedap udara.
Selain kantong plastik, disarankan untuk membawa kantong kertas cokelat sebagai tempat menyimpan masker dengan aman jika berada di luar rumah.
"Kantong sandwich kertas cokelat mungkin ide yang bagus untuk disimpan karena berpori," kata Liu dikutip dari Allure.
Hal penting yang juga harus diperhatikan adalah cara melepas masker. Pastikan tangan tidak menyentuh bagian luar masker dan selalu bersihkan permukaan tangan sebelum melepas masker.
https://kamumovie28.com/movies/bluebell/
7 Ancaman Berbahaya Selain COVID-19, dari Disease X hingga Virus Nipah
Meski beberapa negara sudah mulai melonggarkan pembatasan dan kasus Corona di dunia, menurut WHO, sudah berkurang setengahnya di pekan lalu, masih ada ancaman selain COVID-19.
Ancaman tersebut mulanya diungkapkan para ilmuwan, diwaspadai menjadi pandemi berikutnya. WHO memasukkan sejumlah penyakit ke dalam daftar darurat kesehatan masyarakat. Artinya, diprioritaskan dalam penanganan dan terus dipantau.
Dikutip dari Mirror UK, tanpa penelitian yang tepat, sederet penyakit tersebut bisa menjadi ancaman selain COVID-19. Termasuk Ebola yang kembali mewabah di Guinea hingga Kongo, virus Zika, hingga Disease X.
"Di seluruh dunia, jumlah patogen potensial sangat besar, sementara sumber daya untuk penelitian penyakit terbatas," sebut WHO.
Berikut penyakit yang diwaspadai menjadi ancaman baru hingga masuk daftar WHO soal darurat kesehatan masyarakat.
1. Virus nipah
Para ilmuwan mengkhawatirkan dampak dari virus Nipah yang bisa memicu pembengkakan otak. Virus Nipah juga diketahui memiliki tingkat kematian hingga 75 persen, berpotensi menjadi pandemi berikutnya.
Selain pembengkakan otak, gejala lain yang ditemukan adalah muntah dan kejang. Virus Nipah pertama kali dilaporkan di Malaysia pada 1999, penularan pertama kali di manusia terjadi dari babi ke peternak setempat.
Beberapa orang yang mengidap virus Nipah juga bisa mengalami pneumonia dan masalah pernapasan yang parah, termasuk gangguan pernapasan akut.
Ensefalitis dan kejang terjadi pada kasus yang parah, kondisi ini kemudian semakin memburuk hingga bisa menyebabkan koma dalam waktu 24 hingga 48 jam. Tingkat kematian Nipah berkisar antara 40 hingga 75 persen, jauh lebih tinggi daripada tingkat kematian akibat COVID-19, menurut WHO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar