Rover robotika NASA, Perseverance, sudah berada di permukaan Mars. Beberapa foto pun telah dikirimkan oleh rover tercanggih yang pernah menyambangi Planet Merah itu, terbaru merupakan jepretan berwarna yang menakjubkan.
Dikutip detikINET dari Reuters, NASA baru saja memamerkan foto tersebut. Pertama adalah foto selfie tepat ketika Perseverance akan mendarat di permukaan Mars.
Foto yang sepertinya akan terus dikenang dalam sejarah penjelajahan antariksa ini diambil oleh kamera yang berada di perangkat 'derek angkasa', yang bermesin roket dan bertugas menurunkan rover itu ke lokasi pendaratan dengan kabel khusus.
Terlihat bagaimana seluruh wujud rover itu telah berada di permukaan Mars, diturunkan oleh tiga kabel. Tampak pula kabel lain yang berfungsi sebagai sarana komunikasi.
Foto berwarna resolusi tinggi ini dinilai bersejarah karena pertama kalinya direkam jepretan close up pendaratan sebuah wahana di Mars. "Ini adalah sesuatu yang belum pernah kami lihat sebelumnya," kata Aaron Stehura, ilmuwan NASA yang bertanggungjawab pada proses pendaratannya.
Beberapa saat kemudian, kamera Perseverance menjepret foto berwarna permukaan Mars yang menampakkan bebatuan di Planet Merah itu. Sebelumnya, foto pertama yang dikirim dari Mars masih kabur karena bukan berasal dari kamera paling bagus melainkan kamera untuk bermanuver.
Perseverance dalam misi setidaknya 2 tahun lamanya, akan mengumpulkan data dan mencari tanda-tanda kehidupan kuno di kawah Jezero Crater yang dulu merupakan sebuah danau pada 3,9 miliar tahun silam. Pihak NASA menyebut pendaratannya nyaris sempurna.
"Kami berada di tempat datar yang bagus. Kendaraannya hanya miring sekitar 1,2 derajat. Jadi kami sukses menemukan tempat parkir itu dan rovernya aman di tanah. Saya sangat bangga pada tim," kata Allen Chen, ilmuwan NASA yang memimpin tim pendaratan.
Jezero Crater sendiri belum pernah dijelajahi dalam misi sebelumnya. "Ada sesuatu yang istimewa dalam hari-hari pertama misi ini karena kami baru saja mendarat sebagai perwakilan Bumi di tempat di Mars yang belum pernah dikunjungi sebelumnya," ujar Mike Watkins, direktur Jet Propulsion Laboratory NASA
https://trimay98.com/movies/trust/
Penambangan Bitcoin yang Semakin Haus Listrik
Baru-baru ini diberitakan kalau penambangan Bitcoin di dunia mengkonsumsi listrik tahunan yang lebih besar dari konsumsi listrik di Argentina dan beberapa negara lainnya.
Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Sabtu (20/2/2021) menurut peneliti dari University of Cambridge, Inggris, pada 2020 lalu konsumsi listrik penambangan Bitcoin mencapai 121,36 terawatt per hours (Twh). Sementara konsumsi listrik tahunan di Argentina hanya 121 Twh, Belanda 108,8 Twh, Uni Emirat Arab 113 Twh, dan hampir sama dengan Norwegia (122,2 Twh).
Angka konsumsi listrik Bitcoin ini terus naik sejak pertama ditemukan dan belum ada tanda-tanda menurun. Pada 2019 misalnya, konsumsi listrik penambangan Bitcoin selama setahun baru mencapai 64 Twh, atau lebih besar dari konsumsi listrik Swiss yang hanya 58 Twh.
Hal inilah yang membuat Bitcoin dikritisi oleh banyak pihak, karena konsumsi listriknya yang besar ini berkaitan dengan jumlah polusi CO2 yang dihasilkan dari pembangkit listrik.
Peneliti di University of Cambridge menggunakan sebuah alat bernama Cambridge Bitcoin Electricity Consumtion Index (CBECI), yang bisa memperkirakan berapa banyak energi listrik yang dibutuhkan untuk menyalakan jaringan Bitcoin secara real time.
Sebenarnya, apa itu menambang Bitcoin? Agar Bitcoin bisa berfungsi, harus ada proses komputer untuk melakukan verifikasi transaksi digital. Nantinya miners yang bekerja akan mendapat imbalan Bitcoin dan altcoin. Proses menciptakan Bitcoin ini makan waktu dan makan energi listrik yang banyak untuk menyelesaikan validasi digital itu. Proses ini yang disebut menambang Bitcoin.
https://trimay98.com/movies/the-man-from-u-n-c-l-e/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar