Baru-baru ini, sebuah postingan Facebook yang dibagikan belasan ribu kali mengklaim bahwa lembaga antariksa NASA mengumumkan kemungkinan Matahari bisa terbit dari barat. Benarkah demikian?
Tak hanya itu, disebutkan pula bahwa Matahari muncul dari barat disebabkan oleh Bumi berputar ke arah sebaliknya dan menjadi tanda-tanda kedatangan kiamat. Postingan berbahasa Thailand itu dibagikan sekurangnya 15 ribu kali sejak pertengahan Januari.
"Bumi akan berputar ke arah sebaliknya yang menyebabkan Matahari muncul dari sisi barat. Periset meyakini bahwa kita bergerak menuju pembalikan medan magnet yang akan menjadi akhir umat manusia dan mendekati kiamat," tulis postingan meresahkan tersebut.
Postingan semacam itu diketahui beredar di media sosial terutama Facebook dalam beberapa versi. Sebelumnya juga pernah dalam bahasa Inggris. Untungnya dapat dipastikan klaimnya palsu dan NASA tak pernah menyatakan Matahari akan terbit dari barat.
Mengenai isu ini, bantahan dari NASA sudah cukup lama mereka lontarkan. "Baik NASA maupun organisasi ilmiah lain tidak ada yang memprediksi Matahari akan terbit dari barat," kata Bettina Inclan, Associate Administrator for Communications NASA seperti dikutip detikINET dari AFP.
"Adapun pembalikan medan magnet memang fenomena nyata yang telah terjadi beberapa kali di masa silam dan ilmuwan di seluruh dunia mempelajarinya, namun pernyataan jika hal ini membuat Bumi berputar ke arah sebaliknya yang menjadikan Matahari terbit dari barat adalah salah," imbuh dia.
Lebih lanjut ia menyatakan NASA dan lembaga sejenis memang sering dimanfaatkan pihak tak bertanggungjawab untuk menakut-nakuti orang dengan kabar hoax tentang kiamat.
NASA juga pernah mempublikasikan penjelasan tentang pembalikan medan magnet Bumi, bahwa fenomena ini biasa terjadi di masa lampau dan tidak berakibat fatal. Tak seperti magnet yang kita kenal, misalnya saja magnet kulkas, materi yang mengatur medan magnet Bumi memang bisa pindah atau bergerak.
https://maymovie98.com/movies/zoom/
Facebook Cegah Militer Myanmar Sebar Disinformasi
Facebook mencoba membatasi penyebaran disinformasi oleh militer Myanmar setelah mereka mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pekan lalu.
Raksasa media sosial tersebut mengatakan, pihaknya memperlakukan situasi di Myanmar sebagai keadaan darurat. Situasi ini membuat Facebook harus mengurangi distribusi konten secara signifikan, terutama pada halaman dan profil yang dijalankan oleh militer Myanmar.
Itu artinya, orang yang pengguna Facebook akan melihat lebih sedikit konten dari halaman-halaman tersebut di News Feed mereka. Facebook sendiri tercatat punya puluhan juta pengguna di Myanmar.
"Facebook juga telah menangguhkan tanpa batas badan-badan pemerintah Myanmar agar tidak menggunakan channel khusus yang disediakan bagi para pejabat untuk mengirim permintaan menghapus konten ke Facebook untuk menghapus konten," kata Director of Policy Facebook Asia Pacific Rafael Frankel lewat tulisan di blog resmi Facebook.
Dia mengatakan, Facebook akan melindungi konten, termasuk pidato politik yang memungkinkan rakyat Myanmar untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan kepada dunia apa yang terjadi di dalam negara mereka.
Pengumuman ini disampaikan Facebook sepekan setelah militer Myanmar merebut kekuasaan pemerintahan lewat kudeta dengan menahan pemimpin sipil negara itu, Aung San Suu Kyi dan banyak tokoh pemerintah top lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar