Mengelola uang di era digital dengan adanya e-wallet atau dompet digital semakin mudah. Apalagi dengan adanya program uang kembali (cash back), masyarakat tanpa pikir panjang mengeluarkan uang yang ada di aplikasi tersebut.
Perencana Keuangan Aidil Akbar mengatakan saat ini stigma masyarakat bahwa uang di dompet digital harus habis. Inilah pertama yang harus diubah agar uang di dompet digital bisa bertahan lama bahkan bisa sebagai alat untuk menabung.
"Sebenarnya bukan boros, tapi itu adalah mindset kita, pola pikir kita ketika kita transfer uang dari rekening kita ke e-wallet itu kita menganggap uang kita sudah hilang. Sehingga uang yang ada di e-wallet itu berasa kayaknya mendingan dihabisin. Padahal saya sebenarnya menggunakan e-wallet malah buat nabung," kata Aidil dalam bincang Anti-boncos saat New Normal melalui live di Instagram @detikcom, Selasa (30/6/2020).
Aidil membeberkan cara agar bisa menabung di dompet digital. Yakni sering diisi namun dipakai hanya ketika ada promo.
"Saya jarang pakai e-wallet kalau nggak butuh-butuh amat. Jadi kadang-kadang e-wallet saya isi yang satu Rp 300.000, yang satu Rp 500.000, berarti ada Rp 800.000 e-wallet saya. Yang harus diubah pola belanja dengan e-wallet itu adalah pakai e-wallet kalau ada butuh dan promo. Kalau nggak ada promo nggak usah pakai e-wallet, tetap transaksi menggunakan debit atau transfer," sarannya.
Lalu, bagaimana jika menggunakan dompet digital sudah menjadi aktivitas sehari-hari?
Kalau begitu, menurut Aidil, uang jajan harus dipindahkan ke dompet digital dan beralih fungsi seperti kartu debit di atas.
"Kalau memang sudah hidupnya mau nggak mau harus pakai e-wallet misalnya ke kantor pakai ojek online, ke mana-mana harus pakai tap tap tap. Kalau gitu berarti mungkin uang jajan pindahin semua, e-walletnya memang berfungsi seperti kartu debit kamu," tuturnya.
Singapura Tawarkan Pelacak Corona Tanpa Smartphone
Untuk membantu menghentikan penyebaran virus Corona pelacakan kontak seseorang mulai diberlakukan hal ini digunakan untuk membantu melacak jalur seseorang yang terinfeksi untuk melihat dengan siapa saja orang yang terinfeksi tersebut berhubungan.
Banyak upaya dan cara untuk pelacakan kontak saat ini dan kebanyakan saat ini menggunakan aplikasi yang tersedia di smartphone. Mengingat bahwa mayoritas orang-orang pastinya memiliki smartphone.
Meski demikian ada juga beberapa yang tidak memiliki smartphone seperti lansia (lanjut usia) yang mungkin masih nyaman menggunakan ponsel feature.
Hal ini lah pemerintahan Singapura telah menerapkan bahwa bagi warga lanjut usia yang tidak memiliki smartphone dapat memilih untuk menggunakan pelacak via Bluetooth.
Dilansir detiKINET dari Ubergizmo perangkat ini dapat berkomunikasi satu sama lain serta aplikasi smartphone TraceTogether yang akan membantu upaya pelacakan kontak negara bahkan dengan pengguna yang tidak memiliki smartphone.
Jika seseorang dengan pelacak melakukan kontak dengan seseorang yang mungkin memiliki gejala virus, maka mereka kemudian akan dihubungi untuk memberitahu bahwa mereka harus diperiksa dan akan ditentukan apakah mereka memiliki virus atau tidak.
Data dari pelacak Corona kemudian dapat diunduh untuk membantu melacak dengan siapa orang tersebut melakukan kontak sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah privasi yang kemungkinan potensial, dijelaskan pelacak via Bluetooth ini tidak memiliki Wi-Fi, GPS atau kemampuan seluler yang artinya bahwa pemerintah tidak akan dapat mengetahui keberadaan pemakainya setiap saat. Data tersebut hanya akan menyimpan data paling lama 25 hari.
https://indomovie28.net/gintama-shirogane-no-tamashii-hen-episode-10/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar