Lonjakan kasus virus Corona COVID-19 berlanjut, penambahan kasus baru tembus angka 12 ribu pada Kamis (17/6/2021). Total kasus telah mencapai 1.950.276, sembuh 1.771.220, meninggal 53.753.
Pasien sembuh bertambah 7.350 kasus, sedangkan kematian bertambah 277 kasus. Kasus aktif COVID-19 tercatat sebanyak 125.303, bertambah 4.997 kasus dibanding hari sebelumnya.
Jumlah spesimen yang diperiksa hari ini mencapai 130.829 dengan suspek sebanyak 110.472 kasus.
Detail perkembangan kasus harian COVID-19 selama bulan Juni 2021 adalah sebagai berikut.
17 Juni 12.624 kasus
16 Juni 6.944 kasus
15 Juni 8.161 kasus
14 Juni 8.186 kasus
13 Juni 9.868 kasus
12 Juni 7.465 kasus
11 Juni 8.083 kasus
10 Juni 8.892 kasus
9 Juni 7.725 kasus
8 Juni 6.294 kasus
7 Juni 6.993 kasus
6 Juni 5.832 kasus
5 Juni 6.594 kasus
4 Juni 6.486 kasus
3 Juni 5.353 kasus
2 Juni 5.246 kasus
1 Juni 4.824 kasus
https://nonton08.com/movies/happy-din-don/
Sebelum Isolasi Mandiri, Masyarakat Diminta Lapor ke Puskesmas
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Kartikasari Broto Asmoro mengingatkan soal pentingnya pengendalian penularan COVID-19. Menurutnya, penularan dapat dicegah melalui 3T (Tes, Telusur, Tindak lanjut) atau dikenal dengan tes, lacak, dan isolasi.
Meski isolasi mandiri penting, dr. Reisa menegaskan masyarakat perlu melapor ke puskesmas dan konsultasi dengan dokter. Ia mengatakan konsultasi rutin dapat membantu pasien mendapatkan pertolongan dan perawatan. Pasalnya, jika terlambat dirawat dapat berisiko pada kematian.
"Terlambat dirawat dapat berisiko bagi keselamatan nyawa. Puskesmas dan dokter dapat membantu memberikan informasi ketersediaan ruang rawat inap di rumah sakit atau memberikan rujukan ke karantina terpusat yang dibiayai pemerintah," ujar dr Reisa dikutip dalam situs covid19.go.id, Kamis (17/6/2021).
Lebih lanjut dr. Reisa mengatakan saat ini varian baru virus COVID-19 semakin banyak beredar. Namun, dampak orang yang terinfeksi virus bisa berbeda-beda mulai dari tidak bergejala hingga muncul gejala kritis.
Oleh karena itu, masyarakat yang pernah kontak erat dengan pasien positif penting untuk segera melaporkan diri ke puskesmas terdekat. Apabila hasilnya positif usai dites, masyarakat perlu menginformasikan tentang orang-orang yang telah kontak erat selama beberapa hari ke belakang.
Selain itu, ia pun menyarankan agar masyarakat tetap melindungi diri dan keluarga dengan disiplin protokol kesehatan. Terlebih saat ini angka Bed Occupancy Rate tinggi.
"Jangan ambil risiko, lindungi diri untuk lindungi keluarga dan orang terdekat kita. Jangan pertaruhkan kesehatan diri dan keluarga hanya karena lalai menerapkan protokol kesehatan," tegas dr Reisa.
Tingginya Bed Occupancy Rate menandakan banyak daerah yang bergeser menjadi zona merah. Akibatnya, para penderita kritis lainnya sulit mendapatkan tempat perawatan karena penuh dengan pasien COVID-19.
Menurutnya, peningkatan ini dapat berdampak terhadap pengetatan kegiatan masyarakat, misalnya seperti pengurangan jumlah absensi, kegiatan sosial budaya hingga penundaan sekolah tatap muka.
"Dan rencana sekolah tatap muka kemungkinan akan tertunda di wilayah zona merah," katanya.
Terkait hal ini, ia mengatakan seluruh masyarakat perlu berkontribusi menekan laju penularan COVID-19 dan mengembalikan kondisi wilayah menjadi kembali ke zona hijau.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti #vaksinasi dan #taatiprotokolkesehatan seperti yang telah dikampanyekan oleh #satgascovid19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar