Senin, 14 Juni 2021

Tak Punya Riwayat Masalah Jantung, Apa Penyebab Eriksen Bisa Kolaps?

 - Insiden kolapsnya gelandang Denmark Christian Eriksen telah mengejutkan banyak orang. Terlebih dokter yang pernah merawatnya menyebut bahwa Eriksen tak memiliki masalah jantung sebelumnya.

"Orang ini rutin menjalani tes dan hasilnya selalu baik hingga 2019. Jadi bagaimana Anda menjelaskan dugaan serangan jantung ini?" kata Sanjay Sharma, ahli jantung dari St George's University of London yang memeriksa Eriksen saat di Tottenham Hotspurs.


Eriksen diduga mengalami henti jantung atau cardiac arrest saat menjalani laga Euro 2020 Denmark vs Finlandia. Ia pun langsung mendapat pertolongan CPR (cardio pulmonary resuscitation) dan kini kondisinya sudah jauh membaik.


Lantas apa penyebab Eriksen bisa mengalami henti jantung? Berikut fakta-faktanya yang sudah diketahui hingga saat ini.


1. Aritmia

Menurut keterangan dokter timnas Denmark, dr Morrten Boesen, Eriksen sempat mendapat defibrilasia atau kejut jantung ketika kolaps di laga tersebut. Menurut dokter jantung, salah satu indikasi pemberian tindakan defibrilasi adalah aritmia atau gangguan irama jantung.


"Indikasi defibrilasi satu satunya adalah ventrikel aritmia," jelas dr Vito A Damay, SpJP(K), dokter jantung dari Siloam Hospital Karawaci, Senin (14/6/2021).


Melihat rekaman ulang pertandingan saat Eriksen mengalami kolaps, dr Vito menduga ada gangguan irama jantung.


2. Bukan karena vaksin Corona

Insiden kolapsnya Eriksen pun diwarnai dengan rumor bahwa ia mengalami henti jantung karena ada sangkut pautnya dengan vaksinasi COVID-19 atau pernah terinfeksi virus Corona. Padahal, faktanya pemain klub Inter Milan tersebut belum pernah divaksinasi maupun positif Corona.


"Dia tidak kena COVID dan belum divaksinasi," kata direktur Inter Milan Giuseppe Marotta, kepada Rai Sport.

https://movieon28.com/movies/false-colors/


Fakta-fakta Varian Delta, Gejala hingga Temuan 28 Kasus di Kudus


 Kabupaten Kudus, Jawa Tengah kini tengah hadapi lonjakan kasus COVID-19, dengan pertambahan sebesar 7 ribu persen pada 3 minggu setelah Lebaran 2021. Varian Delta asal India teridentifikasi pada 28 sampel kasus.

"Kemarin sudah ada penelitian dari UGM, yang di sini ada varian baru B.1617.2 yang diambil sampel. Itu dulu, by name by addres belum tahu siapa itu yang kena varian baru, kemarin ada 34 yang keluar 28 ada varian baru (B.1617.2)," jelas Bupati Kudus HM Hartopo kepada wartawan ditemui di Pendopo Kabupaten Kudus, Minggu (13/6/2021).


Varian B1617.2, nama resmi varian Delta, pertama kali diidentifikasi di India, negara yang baru-baru ini mengalami gelombang tsunami kedua COVID-19.


Disebut-sebut lebih mudah menular dan berpotensi 'kabur' dari respons kekebalan dari vaksin Corona, berikut fakta seputar varian Delta:


1. Apa yang ditakutkan para ahli dari varian Delta?

Varian Delta diketahui dapat menular lebih mudah. CDC menyatakan, ada kemungkinan vaksin COVID-29 tak mempan melawan varian ini, disebabkan pengurangan kemampuan beberapa perawatan antibodi monoklonal untuk melawan virus.


"Varian seperti ini dapat dengan cepat mengambil alih dan menjadi strain utama yang beredar di satu wilayah," kata Stanley Weiss, MD, profesor kedokteran di Rutgers New Jersey Medical School dan profesor biostatistik dan epidemiologi di Rutgers School of Public Health, dikutip dari Health, Senin (14/6/2021).


"Itu menunjukkan bahwa varian ini memiliki keunggulan bertahan hidup. Di tempat-tempat seperti India, di mana kita telah melihat begitu banyak orang terinfeksi, terbukti bahwa varian ini dapat menyebar dengan cepat," lanjutnya.


2. Apa saja gejalanya?

Dokter menyebut, belum ada kepastian soal gejala infeksi varian Delta. Namun sejauh ini, para dokter mencatat gejala pasien varian Delta mencakup:


Demam

Sesak napas

Kelelahan

Nyeri otot atau tubuh

Sakit kepala

Kehilangan rasa atau bau (anosmia)

Sakit tenggorokan

Hidung tersumbat atau pilek

Mual atau muntah

Diare

3. Masih manjurkah vaksin?

Sejumlah ahli memang sedang khawatir soal kemampuan vaksin melawan varian Delta. Meski demikian, vaksin masih dipercaya bisa menekan risiko penyebaran varian ini.


"Bahkan jika varian ini sebagian dapat menghindari perlindungan vaksin, semakin banyak orang yang divaksinasi, semakin kecil kemungkinannya untuk menyebar," katanya William Schaffner, MD, spesialis penyakit menular dan profesor di Vanderbilt University School of Medicine.

https://movieon28.com/movies/freedom-run-q/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar