- Pasien Corona yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, terus mengalami kenaikan. Jumlah keterisian tempat tidur pun sudah di atas 80 persen.
"Tingkat hunian 85 persen, sebetulnya mengerikan juga tapi kita tetap semangat. Apapun kita laksanakan, apapun kita kerjakan," kata Kepala Sekretariat RSDC Wisma Atlet Mintoro Sumego, dalam konferensi pers, Jumat (25/6/2021).
Ia mengakui kenaikan kasus Corona sepekan terakhir sangat banyak, untuk itu pihak Wisma Atlet mulai mengandalkan call center bagi pasien COVID-19 yang akan dirawat di sana. Ke depannya, Wisma Atlet hanya akan menangani pasien COVID yang bergejala menengah.
"Pasien yang diterima di Wisma Atlet itu adalah pasien dengan gejala sedang-berat. Untuk pasien tanpa gejala-ringan, kita kondisikan di (rusun) nagrak, ini sudah berjalan," tambahnya.
Penambahan tempat isolasi
Rusun Nagrak baru dibuka beberapa hari lalu seiring meningkatnya kasus COVID-19. Selain Rusun Nagrak, pemerintah juga akan menggunakan Rusun Pasar Rumput sebagai tempat isolasi bagi pasien Corona gejala ringan.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin juga mengatakan bersama Kepala BNPB, Panglima TNI, Gubernur, dan Kapolri akan memindahkan orang yang tidak bergejala (OTG) atau bergejala COVID-19 ringan ke Nagrak dan Pasar Rumput.
"Memindahkan OTG dan ringan ke Nagrak dan Pasar rumput sehingga Wisma Atlet yang fasilitasnya sudah ada lebih lama kita bisa upgrade untuk bisa menangani yang kondisinya sudah menengah. Sedangkan kondisi berat tetap kita arahkan ke rumah sakit," ujar Menkes.
https://cinemamovie28.com/movies/diana-4/
Melonjak! Kebutuhan Oksigen DIY-Jateng Naik 3 X Lipat
Kebutuhan oksigen di DIY dan Jawa Tengah mengalami peningkatan tiga kali lipat. Dalam kondisi normal sekitar 60 ribu meter kubik sampai 70 meter kubik per hari, sementara sampai pertengahan Juni lalu kebutuhan mencapai 164 ribu meter kubik per hari.
Direktur Operasional PT Samator Budi Susanto menjelaskan, untuk mencukupi kebutuhan di rumah sakit tersebut, pihaknya sampai harus mendatangkan oksigen dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Sebab, satu-satunya pabrik di Kendal, Jawa Tengah untuk DIY dan Jateng hanya mampu memproduksi 50 ribu meter kubik per hari.
"Benar apa yang disampaikan Bu Pembajun (Setianingastutie, Kepala Dinas Kesehatan DIY). Kebutuhan kita meningkat tiga kali lipat. Jika pada hari biasa normal sebelum pandemi kebutuhan kita sekitar 60 ribu meter kubik per hari sampai 70 ribu meter kubik per hari. Sampai pertengahan Juni, kebutuhan kita 164 meter kubik per hari," kata Budi, kepada wartawan saat webinar, Jumat (25/6).
Budi mengatakan, kebutuhan pada Juni ini jauh melebihi puncak kebutuhan pada Januari awal 2021 silam. Saat itu, pada puncaknya kebutuhan per hari mencapai 125 ribu meter kubik.
"Kebutuhannya jauh melebihi puncak Januari lalu sekitar 125 ribu meter kubik," katanya.
Pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, lanjut Budi, untuk rumah sakit tak bisa mereka kirim sesuai kapasitas 100 persen. Untuk memenuhi semua kebutuhan di rumah sakit bisa tercukupi, PT Samator bekerjasama dengan Dinkes membuat skala prioritas.
"Jadi jika biasanya kami kirim 100 persen, sekarang hanya 40 persen sampai 60 persen (tiap rumah sakit dari kapasitas). Kami alihkan ke rumah sakit yang lain yang lebih membutuhkan. Jika masih memiliki stok dalam tiga sampai empat jam, kami alihkan ke rumah sakit yang lebih mendesak," jelasnya.
Dengan skema tersebut, menurut Budi, kebutuhan oksigen di DIY khususnya sudah mulai normal. Meski, stok yang tersedia di rumah sakit memang hanya hitungan per jam. Akan tetapi, dengan skema tersebut, minimal membuat oksigen di rumah sakit terpenuhi.
"Kami dalam proses transfer dari truk besar (17 ribu meter kubik) ke truk kecil (3.500 meter kubik) ini di kantor cabang (di Ring Road Utara). Karena untuk transfer ini membutuhkan lahan yang luas dan listrik minimal 20 ribu watt," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar