Rabu, 16 Juni 2021

Labnya Dituding Sumber Kebocoran Virus Corona, Ilmuwan Wuhan Angkat Bicara

 Sampai saat ini, asal-usul virus Corona penyebab pandemi COVID-19 masih belum menemukan titik terang. Dari berbagai teori yang ada, teori kebocoran laboratorium kembali menjadi sorotan.

Sebelumnya teori ini sudah dibantah sejak adanya penyelidikan di China terkait asal-usul Corona. Tetapi, teori ini mencuat lagi setelah adanya laporan tiga peneliti dari Institut Virologi Wuhan sakit pada 2019 setelah mengunjungi goa kelelawar di Yunnan.


Salah seorang ilmuwan China, Dr Shi Zhengli, membantah bahwa virus tersebut berasal dari kebocoran laboratorium yang menjadi institusinya.


"Bagaimana saya bisa menawarkan bukti untuk sesuatu yang tidak ada buktinya?," kata Dr Shi yang dikutip dari Channel News Asia, Selasa (15/6/2021).


"Saya tidak tidak tahu bagaimana dunia menjadi seperti ini, terus-menerus menyalahkan ilmuwan yang tidak bersalah," lanjutnya.


Dr Shi merupakan salah satu pakar virus Corona kelelawar. Para ilmuwan juga mengatakan Dr Shi memimpin eksperimen untuk meningkatkan kekuatan virus (Gain of Function/GOF) untuk mempelajari efeknya pada inang.


Laporan New York Times menunjukkan tahun 2017 Dr Shi dan rekan-rekannya di laboratorium Wuhan menerbitkan laporan tentang percobaan menciptakan virus Corona hibrida baru. Caranya, dengan mencampur dan mencocokkan bagian dari beberapa virus yang sudah ada, termasuk setidaknya satu yang hampir menular ke manusia, untuk mempelajari kemampuan mereka dalam menginfeksi dan bereplikasi di sel manusia.


Namun, dalam email ke surat kabar tersebut, Dr Shi mengatakan eksperimennya berbeda dari eksperimen GOF, karena mereka tidak berusaha membuat virus lebih berbahaya. Tetapi, mereka justru mencoba memahami bagaimana virus bisa menular antar spesies.


"Laboratorium saya tidak pernah melakukan atau bekerja sama dalam melakukan GOF yang meningkatkan virulensi virus," pungkasnya.

https://maymovie98.com/movies/warpath-2/


Tak Ingin Semua Seperti Kudus? Pakar Sarankan 'Lockdown' Segera!


Lonjakan kasus COVID-19 terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Pakar mengingatkan, banyak wilayah akan bernasib seperti Kudus jika tidak ada kebijakan untuk lockdown.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono. Menurutnya, peningkatan kasus belakangan ini seharusnya disikapi dengan kebijakan yang tegas.


"Kalau pemerintah tidak mengambil jalan untuk melakukan lockdown ya tinggal tunggu saja semua kabupaten mungkin sebagian besar dari 514 kabupaten, mungkin ratusan kabupaten akan seperti Kudus," beber Miko saat dihubungi detikcom.


Juru Bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, 'lockdown' berskala mikro bisa dilakukan di suatu wilayah jika terjadi lonjakan kasus COVID-19. Namun ia menyiratkan, PSBB (pembatasan sosial berskala besar) ketat belum akan menjadi opsi untuk saat ini.


"PPKM mikro adalah kebijakan yang dibuat untuk dapat mengendalikan kasus COVID-19 di hulu atau akar masalah yaitu komunitas secara lebih tepat sasaran," kata Prof Wiku.


"Oleh karena itu fokus saat ini adalah mengoptimasi posko-posko yang telah terbentuk di masing-masing wilayah desa atau kelurahan yaitu menegakkan kembali pengendalian COVID-19 sesuai dengan zonasi RT, RW, setempat," lanjutnya.

https://maymovie98.com/movies/warpath/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar