Beberapa waktu lalu, sebanyak 70 lebih mahasiswa di universitas daerah Taiyuan, China, mengalami diare dan muntah-muntah, diduga karena infeksi norovirus.
Pakar kesehatan Profesor Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD(K), dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengatakan virus yang menyebabkan KLB di China tersebut juga pernah ditemukan di Indonesia.
"Virus ini (norovirus) juga ada di Indonesia seperti yang dilaporkan oleh peneliti Indonesia di jurnal internasional dari Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga," kata Prof Ari dalam rilis yang diterima detikcom.
Bagaimana tingkatan gejala infeksi norovirus?
Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari RS Awal Bros Evasari, Jakarta Timur, dr Amanda Pitarini Utari, SpPD, sama seperti penyakit yang disebabkan infeksi virus lainnya, orang yang terpapar norovirus juga bisa mengalami gejala ringan dan berat.
Umumnya orang yang terinfeksi norovirus akan mengalami gejala, seperti nyeri perut, diare, mual, dan muntah-muntah.
"Kita menilainya dari kehilangan cairannya, kalau ringan itu pasiennya masih bisa beraktivitas dan nggak sampai dehidrasi. Muntahnya nggak hebat, tapi kalau nyeri perutnya hebat, kehilangan cairannya hebat, itu berarti diarenya berat ya dehidrasinya," kata dr Amanda, Senin (19/10/2020).
Lebih lanjut, dr Amanda memberikan contoh, ketika ada pasien yang terinfeksi norovirus dan jumlah cairan tubuh yang keluar saat muntah dan diare itu lebih banyak daripada cairan yang masuk, maka itu sudah termasuk gejala berat.
"Dia sudah mencoba membuat air garam sama gula, oralit, kalau tidak bisa masuk, berarti gejala mual muntahnya cukup berat, karena sampai dia nggak bisa masuk cairan," ujarnya.
dr Amanda menyarankan, sebaiknya ketika sudah mengalami gejala berat seperti itu, maka segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
https://indomovie28.net/journey-west-surprise-2015/
Daftar 35 Wilayah RI yang Masuk Zona Risiko Sedang COVID-19
Satgas Penanganan COVID-19 mengungkapkan data kabupaten dan kota di Indonesia yang berubah dari zona risiko rendah menjadi risiko sedang penularan virus Corona. Disebutkan, total ada 35 kabupaten dan kota.
"Kami meminta kesungguhan pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjalan protokol kesehatan ketat dan tegas agar dapat kembali ke risiko yang lebih rendah di minggu-minggu ke depan," kata Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito dalam konferensi pers di YouTube Sekretariat Presiden,Selasa (20/10/2020).
Wiku pun sangat menyayangkan kenaikan zona risiko ini bisa menjadi tanda bahwa sejumlah pemerintah maupun masyarakat di sejumlah wilayah tersebut sudah mulai terlena dan merenggangkan protokol kesehatan.
"Perpindahan dari risiko rendah ke risiko yang lebih tinggi adalah tanda-tanda bahwa pemerintah daerah dan masyarakat merasa terlalu nyaman dan mulai melupakan pentingnya upaya pencegahan COVID-19," ujarnya.
Berikut 35 kabupaten-kota di Indonesia yang berubah dari zona risiko rendah menjadi risiko sedang penularan virus Corona COVID-19.
Aceh:
1. Aceh Timur
Sumatera Utara:
2. Nias Selatan
Bengkulu:
3. Bengkulu Utara
Lampung:
4. Tulang Bawang
5. Pesawaran
6. Tulang Bawang Barat
Kepulauan Bangka Belitung
7. Bangka Belitung
8. Belitung
9. Bangka Barat
Jawa Barat:
10. Bandung
11. Tasikmalaya
12. Sumedang
13. Kota Tasikmalaya
Nusa Tenggara Barat:
14. Sumbawa
15. Lombok Utara
Nusa Tenggara Timur:
16. Sumba Barat
17. Nagekeo
Kalimantan Utara:
18. Nunukan
19. Kota Tarakan
Sulawesi Tengah:
20. Tolitoli
21. Banggai Kepulauan
22. Parigi Moutong
23. Banggai Laut
24. Morowali Utara
Sulawesi Selatan:
25. Kepulauan Selayar
26. Wajo
27. Luwu
Sulawesi Tenggara:
28. Muna
29. Wakatobi
30. Kolaka Timur
Sulawesi Barat:
31. Mamuju Tengah
Maluku:
32. Seram Bagian Barat
Maluku Utara:
33. Halmahera Barat
34. Halmahera Timur
Papua:
35. Puncak Jaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar