- Video viral Aliansi Dokter Dunia rupanya bikin gerah kalangan dokter, khususnya yang berada di garda depan penanganan COVID-19. Pasalnya, sekelompok orang yang mengaku dokter medis itu menyebut COVID-19 sama seperti flu biasa.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menyebut, fakta di lapangan mementahkan klaim orang-orang yang mengaku Aliansi Dokter Dunia tersebut. Pada COVID-19, sebagian pasien ada yang mengalami komplikasi seperti radang paru dan meninggal.
"Kami yang di rumah sakit mempertanyakan juga, orang-orang itu bekerja di rumah sakit atau nggak. Benar dokter atau nggak," kata Prof Ari, Selasa (27/10/2020).
"Kalau benar-benar sejatinya dokter dia ketemu memang praktik sebagai dokter di rumah sakit sudah jelas. Pasti dia akan lihat bahwa pasien-pasien (COVID-19) itu ada di rumah sakit," lanjutnya.
Pendapat senada disampaikan Ketua Satgas Covid Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Prof Dr dr Zubairi Djoerban, SpPD(K). Menurutnya, tidak sulit untuk membuktikan adanya ancaman COVID-19.
"Di sekitar kita banyak. Kalau tidak percaya juga, silahkan datang ke rumah sakit rujukan COVID. Ada banyak banget di sekitar kita. Gampang sekali, kalau nggak percaya tinggal ke rumah sakit, ada nggak yang dirawat? Atau kalau nggak masuk ICU, atau masuk ruang jenazah," kata Prof Zubairi.
Perbedaan pandangan di kalangan medis sebenarnya bukan hal yang diharamkan. Namun menurut Prof Ari, setiap argumen hendaknya memiliki dasar ilmiah yang kuat agar bisa didiskusikan.
"Dokter nggak bisa asal ngomong, harus berdasarkan bukti ilmiah. Bukti ilmiah itu adanya di publikasi internasional," tegasnya.
https://nonton08.com/sarang-hantu-jakarta/
Ada 6 'Versi' Vaksin Merah Putih, Ini yang Diprediksi Selesai Paling Cepat
Perkembangan vaksin COVID-19 di Indonesia, yaitu vaksin Merah-Putih saat ini sudah memasuki tahapan uji coba pada hewan. Vaksin tersebut dikembangkan menggunakan 6 platform dari enam institusi yang berbeda.
Keenam institusi tersebut di antaranya, lembaga Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga.
"Karena menggunakan platform yang berbeda-beda, otomatis nanti akan muncul enam versi vaksin. Ini sebenarnya mirip dengan yang dilakukan di luar negeri," jelas Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro dalam siaran pers di BNPB melalui kanal YouTube Selasa (27/10/2020).
"Enam-enamnya bekerja masing-masing. Tapi, pada akhirnya mereka akan keluar dengan vaksin COVID-19," lanjutnya.
Berikut platform yang digunakan oleh masing-masing institusi dalam mengembangkan vaksin COVID-19:
Lembaga Eijkman : Sub-unit protein rekombinan (mamalia) dan Sub-unit rekombinan (yeast).
LIPI: Protein recombinant fusion.
Universitas Indonesia: DNA, mRNA, dan Virus-like-particles
Institut Teknologi Bandung: Vector Adenovirus
Universitas Airlangga: Adenovirus dan Adeno-Associated Virus-Based
Universitas Gadjah Mada: Protein recombinant
Perkembangan penelitian dari keenam institusi tersebut akan memasuki tahapan uji coba pada hewan di 2020 hingga 2021 mendatang. Tetapi, Bambang memperkirakan yang paling cepat selesai adalah dari lembaga Eijkman.
"Kemungkinan yang paling cepat adalah yang dilakukan oleh Eijkman, di mana pengembangan vaksin menggunakan subunit protein rekombinan. Di bulan Oktober ini sedang mempersiapkan untuk uji di hewan," kata Bambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar