Dari tahun ke tahun, tanggal 13 Oktober selalu diperingati sebagai No Bra Day. Pada tanggal tersebut, para wanita bebas untuk tidak menggunakan bra seharian.
Belakangan ini pun banyak didiskusikan soal masalah kebebasan wanita menggunakan bra atau pelindung payudara tersebut. Dari alasan kesehatan, estetika, kenyamanan, hingga alasan terkait feminisme bertebaran.
Terkait dengan kesehatan, sebenarnya lebih sehat mana sih menggunakan bra atau tidak?
Dikutip dari laman Times Of India, sayangnya tidak terlalu banyak riset mengenai hal tersebut. Namun, menurut seorang perawat spesialis kesehatan wanita, Patricia Geraghty, menyebut bra sebetulnya tidak terlalu memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan wanita, dan ketika tidak menggunakan bra juga tidak akan mengganggu kesehatan.
Bra digunakan karena adanya ketakutan payudara akan menjadi 'melorot' dan tidak kencang, selain itu soal estetika. Namun, menurut Geraghty dan para ahli lainnya, sebenarnya hal tersebut tidak dapat dipengaruhi oleh pemakaian bra, namun justru tergantung kepada beberapa kali seseorang mengalami kehamilan.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Jean Denis Rouillon selama 15 tahun, menyimpulkan bahwa bra sebetulnya tidak memiliki manfaat, bahkan malah bisa menyakiti atau berbahaya. Dalam studinya tersebut, 300 wanita berusia antara 18 hingga 35 tahun yang tidak memakai bra, memiliki jaringan otot yang secara alamiah akan menyokong payudara mereka.
"Sementara, saat kita mengenakan bra, material 'cup' membatasi kemampuan payudara untuk menumbuhkan jaringan penyokong ini. Hasilnya, Rouillon percaya bahwa memakai bra malah membuat payudara kita lebih cepat 'melorot'," ungkap dari studi tersebut.
Namun apakah dengan hal ini berarti para wanita harus berhenti memakai bra? Rouillon pun mengingatkan bahwa jika kamu sudah mengenakannya selama kurang lebih satu dekade, maka jangan dihentikan, karena tidak akan ada manfaatnya dengan kemudian berganti untuk tidak memakainya.
Pernahkah mencoba seharian tidak pakai bra? Ceritakan di kolom komentar.
https://cinemamovie28.com/the-odd-family-zombie-on-sale/
Studi Rampung, Remdisivir Terbukti Sukses Percepat Pemulihan Pasien COVID-19
- Laporan akhir dari studi National Institutes of Health (NIH) tentang penggunaan Remdesivir pada pasien COVID-19 telah mengonfirmasi keberhasilan obat tersebut dalam mempercepat pemulihan.
NIH menerbitkan hasil awal dari uji klinis yang dimulai pada akhir Mei, menunjukkan obat tersebut mempersingkat masa pemulihan pasien. Para peneliti mengatakan hasil akhir dikumpulkan setelah tindak lanjut lengkap dan sejalan dengan temuan awal.
Sebanyak 1.062 pasien COVID-19 yang menjadi subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok: satu terdiri dari 541 pasien yang menerima obat, dan yang kedua terdiri dari 521 sisanya yang menerima plasebo.
Hasil menunjukkan bahwa mereka yang menerima Remdesivir memiliki waktu pemulihan rata-rata sepuluh hari, dibandingkan dengan 15 hari di antara kelompok plasebo.
"Data ini memperkuat nilai Remdesivir pada pasien yang dirawat di rumah sakit," Dr. John Beigel, direktur asosiasi penelitian klinis di divisi mikrobiologi dan penyakit menular di NIAID, kepada TIME.
Tingkat kematian pasien yang mendapat Remdesivir juga lebih rendah, sekitar 6,7 persen dibandingkan kelompok plasebo yakni 11,9 persen. Selain itu pasien disebut mendapatkan manfaat yang lebih besar bila obat diberikan lebih awal pada saat sakit.
Penggunaan Remdesivir lebih dini juga disebut menurunkan kebutuhan penggunaan oksigen. Seperti yang disebutkan dalam temuan awal, penulis studi menganjurkan kombinasi pendekatan terapeutik untuk meningkatkan hasil klinis pasien.
"Data kami menunjukkan bahwa Remdesivir lebih unggul daripada plasebo dalam mempersingkat waktu pemulihan pada orang dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 dan memiliki bukti infeksi saluran pernapasan bagian bawah," penulis penelitian menyimpulkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar