Rabu, 29 Januari 2020

Sambut Ramadhan, Masjid Pekanbaru Datangkan Imam dari Timur Tengah

Masjid Raya Pekanbaru kembali mengundang imam dari Timur Tengah. Jamaah bisa merasakan salat seperti di Timur Tengah dengan bacaan tarawih satu malam satu juz.

Di tahun ini, Masjid Raya Pekanbaru mengundang lagi imam dari Timur Tengah untuk menjadi imam tarawih selama Ramadhan. Pertama Syekh Dr Ahmed Ayarageb Fetouh Elsayaed dari Mesir dan Syehk Dr Hamood Mahmood Mamood dari Yaman.

"Syekh Ahmed dari Mesir baru hari ini tiba di Pekanbaru. Imam pertama ini diperkirakan hanya sampai hari ke lima Ramadhan," kata Rinaldi, pengurus Masjid Raya Pekanbaru kepada detikcom, Senin (6/5/2019).

Menurut Rinaldi, imam masjid asal Mesir ini sifatnya untuk mengisi kekosongan menunggu datangnya imam dari Yaman.

"Jadi imam dari Mesir nantinya hanya sebentar saja menunggu kedatangan imam dari Yaman. Kalau imam dari Yaman sudah datang, imam dari Mesir akan pulang," kata Rinaldi.

Keduanya akan menjadi imam untuk salat tarawih di Masjid Raya Pekanbaru. Pelaksanaan salat tarawih nantinya 20 rakaat dengan bacaan Al Qur'an satu juz dan penutupnya dengan witir 3 rakaat. Bagi traveler yang biasanya hanya 8 rakaat tarawih dan 3 witir, juga boleh datang kok. Silahkan saja tak melanjutkan sampai 20 rakaat.


"Masyarakat silahkah ikut meramaikan salat tarawih di Masjid Raya. Kami panitia juga menyediakan minuman dan makanan ringan selama ramadhan," kata Rinaldi.

Anda ingin merasakan bagaimana salat tarawih seperti di Timur Tengah silahkan ke Masjid Raya. Lokasi masjid berada di Jl Senapelan kawasan Pasar Bawah Pekanbaru berdekatan dengan Kantor Dit Lantas Polda Riau.

Buntut dari Protes dan Boikot Hotel, Brunei Tunda Hukuman Mati LGBT

Seruan protes dan boikot hotel Sultan Brunei terkait hukuman mati kaum LGBT sampai ke babak baru. Sultan Brunei pun menunda hukuman mati.

Pemberlakuan hukuman mati berupa rajam bagi kaum lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT) di Brunei Darussalam oleh Sultan Hassanal Bolkiah awal awal April lalu sempat menuai kritik.

Sejumlah selebriti dan tokoh dunia seperti George Clooney, Elton John hingga Ellen DeGeneres pun menyuarakan boikot pada sejumlah hotel milik sultan. Tak sedikit pula publik dunia yang menolak hukum rajam tersebut.

Setelah gelombang kritikan bermunculan, Brunei melakukan moratorium pemberlakuan hukuman mati tersebut. Dilansir detikcom dari CNN, Selasa (7/5/2019), hukum rajam bagi kaum LGBT pun ditunda.

"Saya sadar bahwa ada banyak pertanyaan dan persepsi salah terkait dengan implementasi SPCO (Tata Tertib Hukum Syariah). Namun, kami percaya bahwa sekali ini telah dibersihkan, manfaat hukum ini akan jelas," ujar Sultan Brunei Hassanal Bolkiah dalam pernyataannya hari Minggu kemarin (5/5).

Sultan menyebutkan, bahwa selama lebih dua dekade Brunei melaksanakan moratorium pelaksanaan hukuman mati untuk kasus di bawah undang-undang hukum konvensional.

"Baik hukum umum dan hukum Syariah bertujuan untuk memastikan perdamaian dan harmoni negara," kata Sultan.

Moratorium itu pun disambut baik oleh dunia dan para aktivis kemanusiaan serta kaum LGBT. Hanya saja, hukum syariah tetap ada dan berlaku di Brunei.

"Mata dunia telah tertuju pada Brunei, dan kami mengimbau para advokat, aktivis dan organisasi dunia untuk menyuarakan segala upaya yang bertentangan dengan hak asasi manusia ini," ujar Human Rights Campaign Director of Global Partnership, Jean Freedberg.

Bagi kaum LGBT Brunei, penundaan hukum rajam hanya menjadi sedikit angin segar. Hanya saja tak berati banyak untuk mengatasi homophobia dan diskriminasi di sana.

"Jika mereka tak melakukan segala hal yang menunjukkan kalau mereka mendukung komunitas LGBT, maka tak akan ada yang berubah," ujar seorang gay asal Brunei yang tak mau disebutkan namanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar