Selasa, 21 Januari 2020

Aksi Pelajar Membersihkan Bebatuan di Candi Borobudur

Balai Konservasi Borobudur (BKB) bersama pelajar, Pramuka dan warga melakukan aksi bersih Candi Borobudur. Aksi bersih-bersih ini menggunakan alat sederhana.

Sebelum melakukan aksi bersih-bersih di Candi Borobudur, para peserta terlebih dahulu mendapatkan pengarahan tata cara membersihkan bebatuan candi. Adapun untuk membersihkan bebatuan candi ini menggunakan sapu lidi yang telah didesain khusus. Kemudian saat menggunakan sapu lidi alurnya harus satu arah.

Selain itu, juga membawa sapu lidi ukuran besar terutama untuk membersihkan kotoran di sekitar pelataran Candi Borobudur. Kemudian, juga disediakan sikat.

"Ini salah satu pembersihan mekanis, dimana pembersihan menggunakan alat-alat yang sederhana untuk menanggulangi terutama kotoran-kotoran yang menempel pada batu-batu candi," kata Kepala BKB Tri Hartono di sela-sela aksi bersih Candi Borobudur dalam rangkaian Peringatan 106 Hari Purbakala, Jumat (14/6/2019).

"Sebetulnya pembersihan banyak, ada pembersihan kering, ada pembersihan pakai air/basah dan yang terakhir pembersihan dengan bahan kimia. Untuk pembersihan dengan bahan kimia ternyata mempunyai dampak negatif pada lingkungan juga kadang-kadang pada batu itu sendiri. Ini sudah mulai kita kurangi, kita usahakan pembersihan dengan cara kering dan basah yang akan menentukan kebersihan dari bangunan. Kalau kita telaten, bangunan itu sudah tidak ada debu pasti jamur dan lumut tidak ada tumbuh pada batu itu," tuturnya.

Tri menyebutkan, faktor tumbuhnya lumut dan jamur karena adanya kotoran yang menempel pada bebatuan candi.

"Faktor penyebab tumbuhnya lumut dan ganggang serta jamur itu karena adanya kotoran yang menempel pada batu sehingga itu menjadi media tumbuhnya mikro organisme pada batu tersebut," ujarnya.

Tumbuhnya ganggang, lumut dan jamur tersebut, kata dia, sangat didukung adanya cuaca. Adapun saat musim kemarau jamur, lumut dan ganggang tidak tumbuh. Sebaliknya saat musim penghujan karena kelembaban sangat tinggi, kotoran menempel pada bebatuan dampaknya pertumbuhan mikro organisme sangat cepat. Untuk itu, pembersihan pun frekuensinya ditingkatkan.

Dalam aksi pembersihan candi melibatkan para pelajar, katanya, agar mereka mengenal cara membersihkan bebatuan di Candi Borobudur. Dimana untuk memilihara cagar budaya membutuhkan ketelatenan sehingga yang dipelihara tersebut biar tetap bisa lestari.

"Kami harapkan dengan ikut membersihkan ini anak-anak pelajar bisa mengenal, paham, kemudian bisa mengenalkan kepada teman-temannya di sekolahannya dan diharapkan mereka ada kepedulian terhadap cagar budaya. Harapan kami terakhir, ya mereka bisa berbondong-bondong suatu saat datang ke candi ini secara sukarela untuk menjadi relawan-relawan pembersih bangunan candi," katanya.

"Kalau kegiatan ini dalam rangka Peringatan Hari Purbakala yang ke-106. Kami berharap sinergisitas antara masyarakat, komunitas, pelajar di sekitar Borobudur dalam pelestarian ini tetap bisa kita galang lebih akrab lagi. Persatuan kesatuannya untuk mengelola Borobudur secara terpadu," tuturnya.

Sementara itu, salah satu pelajar SMK Al-Huda Salaman, Wahyu Nita Utami (16) mengaku, senang sekali ikut berpartisipasi bagaimana caranya menjaga pelestarian candi.

"Saya senang sekali bisa berpartisipasi gimana caranya kita menjaga pelestarian candi itu dengan baik. Saya berharap Candi Borobudur tetap menjadi objek wisata yang tetap ada di Indonesia," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar