Keadaan masih gelap saat itu, kami harus benar benar memperhatikan langkah agar tak salah jalur. Semakin keatas trek semakin terjal dengan bebatuan yang cukup labil jika dipijak menuntut kewaspadaan ketika melangkah. Hingga akhirnya setelah 45 menit jalur sudah menemui ujung dan menjadi sebuah dataran memanjang yang merupakan Puncak Butak, puncak tertinggi dari pegunungan Putri Tidur.Di batas horizon warna kemerahan dari sang surya telah muncul, menandakan pekat malam sudah purna tugas.
Semua yang ada dihadapan pun perlahan menampakkan wujudnya menjadi siluet siluet cantik. Semakin lama warna merah keemasan mulai mendominasi, dan inilah waktu dimana warna warna ajaib dari alam itu muncul.Pada sisi utara terlihat gunung Arjuno dan Welirang bak dua raksasa yang menyembul di angkasa. Disisi timur terlihat juga Gunung Semeru dengan bentuknya yang lancip dengan kepulan asapnya yang sesekali menyembul ke langit.
Sementara dari sisi barat terlihat kaldera lancip sang gunung paling mematikan di Pulau Jawa yaitu Gunung Kelud. Semakin beranjak siang lautan awan pun muncul dihadapan. Di titik ini aku seakan tak bisa menerka batas antara bumi, langit, dan surga. Kaki masih menjejak tanah namun langit seakan begitu dekat di kepala. Sungguh perasaan yang tak bisa aku jelaskan dengan kata kata.
Terima kasih Butak, walaupun terasa berat kini kami harus turun meninggalkan semua keindahanmu. Dan, sampai jumpa di lain waktu.
Awal mula jalur masih berupa bebatuan bercampur tanah membelah perkebunan warga. Aktifitas sepanjang jalur pun nampak masih ramai dengan lalu lalang petani yang menggarap kebun, memotong rumput untuk pakan ternak, dan sering kali juga kami harus menepi karena motor motor petani yang kebetulan melintas di jalur pendakian. Jalur yang membentang pun tak bisa dianggap remeh, nafas kami menderu, keringat mengucur deras, sungguh pemanasan yang sempurna.Sejam berjalan kami akhirnya masuk ke pintu hutan. Jalur yang sebelumnya lebar membentang kini mengecil, dan mulai menanjak tajam membelah diantara semak semak perdu, fisik dan mental kini benar benar diuji.
Setelah beberapa saat tanjakan tajam itu akhirnya menemui ujung dan berganti dengan jalur yang benar benar datar hingga bertemu dengan Pos 1. Inilah keasikan mendaki Gunung Butak, jalur yang ada bervariasi mulai dari tanjakan hingga jalur yang benar benar datar, tak akan pernah bosan kita dibuatnya. Selepas Pos 2 vegetasi kembali berubah kini jalur pendakian mulai masuk kedalam hutan basah nan lebat. Sesekali kami harus menunduk atau meloncat menghindari pohon pohon yang tumbang.
Jalur yang ada pun relatif datar sehingga kami dapat lebih menikmati pendakian, tak terkadang kami pun berhenti lumayan lama untuk sekedar ber swa foto di spot yang kami anggap layak untuk diabadikan dalam sebuah potret. Tepat setelah subuh kami mulai berjalan menahan suhu yang begitu dingin. Dari tenda kami berjalan lurus melewati sumber air di Sabana mengikuti jejak setapak kecil yang membelah luasnya sabana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar