Selasa, 21 Januari 2020

Kecil dan Menggemaskan, Tapi Bisa Membunuh Manusia

 Warnanya kuning, ukurannya kecil. Katak ini begitu terlihat cerah dan menggemaskan, tapi racunnya bisa membunuh manusia!

Namanya saja Golden Poison Frog (Phyllobates terribilis) yang jika diterjemahkan artinya Katak Emas Beracun. Masuk dalam salah satu daftar hewan mematikan di dunia, katak emas benar-benar melambangkan suatu kiasan 'size doesn't matter'.

Dirangkum detikcom dari BBC dan WWF, Jumat (14/6/2019) katak emas ini hidup di kawasan Amerika Selatan. Tepatnya di hutan hujan Choco di bagian barat negara Kolombia, yang diapit pesisir pantai dan Pegunungan Andes.

Katak emas ini ukurannya kecil. Panjangnya kisaran 1,5 cm sampai 4 cm dan beratnya hanya 30 gram. Warna kulitnya yang kuning begitu mencolok, terlihat menggemaskan.

Namun nyatanya, katak emas memiliki racun yang sangat amat berbahaya. Racun ini bernama batrachotoxin.

Racun tersebut berada di kelenjar kulit. Tidak seperti ular berbisa yang menyemprotkan racun, racun pada katak emas ini merupakan sistem pertahanan diri. Artinya, tidak digunakan untuk menyerang mangsa.

Bagi predator yang menyerang katak ini, maka akan berujung pada kematian. Hanya ular jenis Liophis epinephelus yang kebal terhadap racun dari katak emas.

Racun batrachotoxin pun mampu membunuh manusia jika masuk ke dalam aliran darah. Batrachotoxin mampu membuat otot kejang, karena membuka saluran sodium pada sel saraf dan memblokir transmisi sinyal saraf ke otot. Akibatnya bisa berujung pada gagal jantung. Cukup 3 menit, tewaslah sudah.

Satu miligram racun katak ini bisa membunuh 10 ribu tikus! Bahkan juga bisa membunuh 10 manusia atau jika dikorelasikan dapat membunuh 2 gajah Afrika sekaligus.

Racun dari katak emas sering digunakan suku Indian di Kolombia untuk berburu atau kala berperang. Mereka akan melapisi panah dengan racun dari katak emas yang diambil dari tubuhnya. Oleh sebab itu, katak ini juga dikenal dengan nama Golden Poison Arrow Frog alias Katak Panas Emas Beracun.

Katak emas memangsa serangga-serangga kecil seperti semut, rayap, hingga jangkrik. Katak emas biasa menempati wilayah yang basah, seperti di dekat aliran sungai. Biasanya ditemui di ketinggian 900 mdpl dan jarang mendekati habitat manusia.

Bahkan menariknya, meski punya racun yang berbahaya, katak emas justru akan menghindari ketika bertemu pemangsa. Mereka lebih memilih untuk lari.

Warna cerah pada kulit katak emas ini, sebenarnya juga merupakan bentuk pertahanan diri yang disebut warning coloration. Seperti kita tahu di ilmu-ilmu survival, apapun yang berwarna cerah di dalam hutan lebih baik dihindari dan jangan dimakan karena pasti beracun.

Golden Poison Frog layak masuk daftar hewan berbahaya di dunia. Walau kecil dan kelihatan menggemaskan, tapi nyatanya bisa membunuh manusia tanpa ampun.

Aksi Pelajar Membersihkan Bebatuan di Candi Borobudur

Balai Konservasi Borobudur (BKB) bersama pelajar, Pramuka dan warga melakukan aksi bersih Candi Borobudur. Aksi bersih-bersih ini menggunakan alat sederhana.

Sebelum melakukan aksi bersih-bersih di Candi Borobudur, para peserta terlebih dahulu mendapatkan pengarahan tata cara membersihkan bebatuan candi. Adapun untuk membersihkan bebatuan candi ini menggunakan sapu lidi yang telah didesain khusus. Kemudian saat menggunakan sapu lidi alurnya harus satu arah.

Selain itu, juga membawa sapu lidi ukuran besar terutama untuk membersihkan kotoran di sekitar pelataran Candi Borobudur. Kemudian, juga disediakan sikat.

"Ini salah satu pembersihan mekanis, dimana pembersihan menggunakan alat-alat yang sederhana untuk menanggulangi terutama kotoran-kotoran yang menempel pada batu-batu candi," kata Kepala BKB Tri Hartono di sela-sela aksi bersih Candi Borobudur dalam rangkaian Peringatan 106 Hari Purbakala, Jumat (14/6/2019).

"Sebetulnya pembersihan banyak, ada pembersihan kering, ada pembersihan pakai air/basah dan yang terakhir pembersihan dengan bahan kimia. Untuk pembersihan dengan bahan kimia ternyata mempunyai dampak negatif pada lingkungan juga kadang-kadang pada batu itu sendiri. Ini sudah mulai kita kurangi, kita usahakan pembersihan dengan cara kering dan basah yang akan menentukan kebersihan dari bangunan. Kalau kita telaten, bangunan itu sudah tidak ada debu pasti jamur dan lumut tidak ada tumbuh pada batu itu," tuturnya.

Tri menyebutkan, faktor tumbuhnya lumut dan jamur karena adanya kotoran yang menempel pada bebatuan candi.

"Faktor penyebab tumbuhnya lumut dan ganggang serta jamur itu karena adanya kotoran yang menempel pada batu sehingga itu menjadi media tumbuhnya mikro organisme pada batu tersebut," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar