Harga tiket pesawat yang melambung tinggi berdampak pada okupansi hotel. Tingkat hunian hotel terjun bebas.
Seperti yang diutarakan oleh Rainier H Daulany, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel Republik Indonesia (PHRI) bahwa harga tiket pesawat yang melonjak membuat sejumlah pelaku wisata ikut merasakan dampaknya. Ia mengatakan, solusi pemerintah dianggap belum tepat sasaran.
"Paling enggak sejak April kita hanya berkutat bicara enggak ada solusi. Yang disampaikan Jokowi adalah puncak kekesalan karena beliau menetapkan pariwisata sebagai leading sector. Apa yang terjadi, karut-marut membawa dampak sangat berat bagi industri wisata," ujarnya saat berbicara dalam Kongkow Bisnis Pas FM di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Rabu (19/6/2019).
Rainer mengatakan, bahwa hal ini bisa dilihat dari momen Idul Fitri tahun ini. Bahwa okupansi hotel menurun khususnya di luar pulau Jawa.
"Tiket mahal sebelum kejadian dampaknya perhotelan khususnya di luar Pulau Jawa. Contoh malam takbiran di tempat-tempat orang pulang kampung. Makassar sekarang okupansi 25 persen dan Sumbar 40 persen, biasanya saat Lebaran 100 persen," tambahnya.
Menurutnya, destinasi populer seperti Bali masih bisa selamat. Hal ini, karena menjadi incaran banyak turis dan dapat dijangkau dengan jalur darat dan laut.
"Di luar Pulau Jawa turun. Bali getol karena Bali adalah gold tourist destination. Masih bisa dijangkau dengan darat dari Jawa. Syukur kita punya tol," paparnya.
Meski begitu, menurut Rainer, Bali juga mengalami penurunan meski tidak sebesar kota-kota lain. Namun tetap, jumlah ini berdampak besar bagi Pulau Dewata.
"Bali sendiri turun 12 persen. 12 persen buat Bali berat. Dampaknya perjalanan dinas yang tadinya confirmed (jadi) dibatalkan. Waktu masukkan anggaran, anggarannya tiket saat itu (dibeli). Penyelenggara MICE ditunda bahkan cancel. Saya bicara dengan beberapa EO, transport, music, cancel. Pusat oleh-oleh, UMKM, pusat oleh-oleh mati, apalagi oleh-olehnya makanan, kan ada waktunya, mereka nggak mau bikin kadaluarsa," imbuhnya.
50 Ribu Wisatawan Nonton Tradisi Bakar Tongkang di Riau
Kota Bagansiapiapi di Riau setiap tahun menyelenggarakan Festival Bakar Tongkang. Tradisi yang sudah berjalan 135 tahun ini mampu menyedot 50 ribu wisatawan.
Kota Bagan begitu namanya lebih dikenal, berada di tepi pantai timur Sumatera. Kota ini berjarak sekitar 246 km sebelah utaranya Pekanbaru. Jalur darat merupakan pilihan utama menuju ke kota Bagan dari ibu kota Provinsi Riau.
Walau kota ini tidak berada di tepi jalur lintas timur Sumatera, namun saat festival digelar, Bagan menjadi primadona wisatawan nusantara atau luar negeri. Wisatawan nusantara ini biasanya warga Tionghoa asal Bagan yang merantai akan kembali ke kota asalnya.
Mereka bisa saja ada di Medan, Surabaya, Jakarta, Bandung dan sejumlah kota lainnya di tanah air. Ini belum lagi mereka yang berada di perantauan luar negeri. Di tambah sanak keluarga juga yang ada di Malaysia dan Singapura.
Malah tak sedikit wisatawan Taiwan, Hongkong dan China juga datang ke Bagan. Ini karena mereka masih ada keterkaitan keluarga di masa lalu.
"Kita perkirakan ada 50 ribu orang yang datang baik dalam negeri maupun luar negeri," kata Ketua Yayasan Budi Marga di Bagansiapiapi, Rendy Gunawan dalam perbincangan dengan detikTravel, Rabu (19/6/2019).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar