Beberapa negara di dunia sudah mulai melonggarkan aturan wajib pakai masker di masa pandemi COVID-19, meski dengan beberapa kondisi salah satunya sudah divaksinasi secara penuh.
Kebanyakan negara yang sudah melonggarkan aturan pakai masker di antaranya Amerika Serikat, Israel, Selandia Baru, bahkan China. Tentu kondisi ini bikin iri warga +62, apa bisa Indonesia juga melonggarkan pemakaian masker?
Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan ada risiko di depan mata yang bisa terjadi jika Indonesia ingin melonggarkan aturan pakai masker dalam waktu dekat. Terlebih Indonesia masih belum kuat dalam pengendalian pandemi Corona.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi jika ingin ikut-ikutan copot masker usai vaksinasi dengan meningkatkan testing dan tracing.
"Ya dengan itu (pakai masker-red) saja kita masih berpotensi mengalami lonjakan kasus besar dalam 1-2 bulan ke depan dengan adanya varian baru, apalagi dengan masker dilonggarkan," katanya saat berbincang dengan detikcom dan ditulis Minggu (30/5/2021).
Belum lagi Indonesia sudah kemasukan varian baru Corona yang berpotensi lebih menular. Jangankan copot masker, warga Indonesia malah dianjurkan pakai masker dobel untuk mengurangi risiko paparan.
"Saya sudah anjurkan dari akhir tahun lalu, maskernya harus dua lapis apalagi dengan adanya varian baru seperti sekarang. Sudah semakin jelas dengan varian yang lebih cepat menular," beber Dicky.
https://movieon28.com/movies/i-am-a-naughty-woman/
Was-was Relawan Pemakaman Jenazah di Malaysia, Kematian Corona Naik Terus
Relawan Malaysia, yang membantu menguburkan para jenazah korban virus Corona, mengatakan bahwa mereka sedang kesulitan, karena negara itu tengah berjuang untuk mengatasi wabah COVID-19 terburuk sejak dimulainya pandemi.
Mengenakan perlengkapan pelindung lengkap, Pasukan Manajemen Pemakaman Malaysia biasanya dipanggil oleh rumah sakit untuk membantu keluarga memberikan penghormatan terakhir mereka dengan cara yang aman.
Muhammad Rafieudin Zainal Rasid, seorang pemimpin agama yang mengepalai tim relawan nasional, yang dikenal sebagai pengurus ulama, mengatakan para relawan saat ini menangani hampir 30 kali lebih banyak jenazah daripada tahun lalu.
Tim relawan telah bertambah menjadi lebih dari 2.000 anggota, tetapi Rafieudin mengatakan mereka masih kesulitan untuk menangani banyaknya jenazah.
"Sebelumnya, sekitar satu hingga tiga kasus per bulan, tapi sekarang kami menangani hingga dua hingga tiga kasus sehari," katanya, merujuk pada satu tim di ibu kota Kuala Lumpur tempat dia bermarkas, dikutip dari Strait Times.
Para relawan berangkat dari rumah sakit ke kamar jenazah untuk mempersiapkan jenazah untuk dimakamkan dan juga melaksanakan shalat di pemakaman, terkadang diikuti oleh anggota keluarga yang juga diberikan alat pelindung lengkap.
Tetapi karena jumlah kematian akibat virus meningkat di negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, terkadang sulit untuk menguburkan tubuh dalam waktu 24 jam seperti yang biasa dilakukan.
"Jika ada lebih dari 10 kasus hari ini di pemakaman yang sama, mungkin butuh dua hingga tiga (hari) untuk menyelesaikan semuanya," katanya.
"Kami khawatir risikonya akan lebih berbahaya bagi kami semua yang terpapar karena kami sedang menangani jenazah," kata Rafieudin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar