Sungai tersuci di India, sungai Gangga, dipenuhi ratusan jenazah dalam beberapa hari terakhir, baik mengapung di sungai atau terkubur pasir di tepian sungai.
Masyarakat yang hidup dekat dengan sungai dan menggunakan air itu untuk keperluan sehari-hari di negara bagian utara Uttar Pradesh, khawatir jika jenazah tersebut merupakan korban COVID-19.
Dikutip dari laman BBC, India telah kewalahan menghadapi gelombang kedua pandemi COVID-19 yang menghancurkan dalam beberapa pekan terakhir.
Tercatat, lebih dari 25 juta kasus dan 275.000 kematian, walaupun para ahli mengatakan jumlah kematian sebenarnya beberapa kali lebih tinggi.
Jenazah-jenazah di tepi sungai tersebut menggambarkan bahwa ada kemungkinan korban COVID-19 meninggal yang tidak terlihat dan tidak diketahui dalam data resmi.
BBC pun mewawancarai wartawan lokal, pejabat, dan saksi mata setempat di beberapa distrik yang terkena dampak paling parah di Uttar Pradesh.
Hasilnya, ditemukan ada cerita di balik ratusan mayat yang mengapung itu mulai dari kepercayaan tradisional, kemiskinan, dan pandemi yang menewaskan orang dengan kecepatan kilat.
Penguburan jenazah COVID-19 dari jam 7 pagi sampai 11 malam
Penemuan kuburan dan jenazah yang membusuk, serta ketakutan akan terinfeksi virus Corona, telah mengirimkan gelombang kejut ke desa-desa di sepanjang tepian sungai.
Berhulu dari Himalaya, Sungai Gangga merupakan salah satu sungai terbesar di dunia. Umat Hindu menganggapnya sakral dan percaya bahwa mandi di sungai Gangga akan membersihkan dosa-dosa mereka dan menggunakan airnya untuk ritual keagamaan.
Di Kannauj, Jagmohan Tiwari, seorang warga desa berusia 63 tahun mengatakan kepada saluran lokal bahwa dia telah melihat 150-200 kuburan di Sungai Gangga.
"Penguburan berlangsung dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam," katanya. "Itu menghancurkan jiwa."
Penemuan kuburan di sungai Gangga tersebut telah memicu kepanikan di daerah tersebut. Orang-orang khawatir jenazah yang terkubur di dasar sungai akan mulai mengapung begitu hujan turun dan permukaan air naik.
Rabu (19/5/2021) lalu, pemerintah negara bagian melarang "Jal Pravah", ritual melarung jenazah, dan menawarkan bantuan dana kepada keluarga miskin yang tidak mampu membayar kremasi.
Di banyak tempat, polisi mengevakuasi jenazah dari sungai dengan tongkat dan meminta bantuan tukang perahu untuk membawa mereka ke darat. Kemudian, jenazah yang membusuk dikubur di dalam lubang atau dibakar di atas kayu bakar.
Vipin Tada, inspektur polisi di Ballia, mengatakan tengah berkomunikasi dengan pemimpin dewan desa untuk membuat mereka sadar bahwa jenazah tidak boleh diapungkan di sungai dan bagi yang tidak mampu membayar kremasi dapat mencari bantuan keuangan.
https://tendabiru21.net/movies/you-&-me-xxx/
Dear Weekend Warrior, Ini Bahaya 'Nge-push' Olahraga Cuma di Akhir Pekan
Dibanding tidak olahraga sama sekali, olahraga cuma di akhir pekan memang lebih 'mendingan'. Tapi tetap tidak boleh sembarangan, terlalu 'nge-push' bisa berakibat fatal bagi jantung.
Ini biasanya dilakukan oleh para weekend warrior, yakni orang-orang yang hanya punya waktu di akhir pekan untuk olahraga. Menyadari bahwa sepanjang pekan tidak punya waktu untuk olahraga, lalu 'nge-push' alias memaksakan diri olahraga berat untuk menebus utang olahraga.
Apakah benar-benar lebih menyehatkan dibanding tidak olahraga sama sekali? Tunggu dulu.
Menurut dr BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP (K) dari Heartology Cardiovascular Center, seorang weekend warrior sering kali memaksakan tubuhnya untuk berolahraga. Hal ini sangat tidak disarankan.
Menurut dr Ario, olahraga yang bertujuan untuk menjaga kesehatan sebenarnya harus berdasarkan dua aspek penting, yakni durasi olahraga dan frekuensi olahraga yang harus diterapkan dengan rutin.
"Olahraga kalau tujuannya untuk kesehatan, sebetulnya yang penting ada dua, frekuensi dan durasi yang tercapai. Banyak yang melakukan olahraga yang sifatnya weekend warrior, jadi cuman weekend aja dan itu dimaksimalkan atau bahkan diforsir. Itu malah membahayakan," kata dr Ario dalam Zoom Media Briefing, baru-baru ini.
dr Ario menyebutkan, konsep weekend warrior merupakan konsep berbahaya dan berisiko. Jantung yang tidak terlatih untuk berolahraga dan diforsir untuk menahan beban yang berat selama berolahraga justru berpotensi memicu terjadinya berbagai penyakit kardiovaskular.
"Malah banyak mereka yang mengalami serangan jantung saat olahraga karena menggunakan konsep weekend warrior. Itu justru bahaya karena jantung kita tidak terlatih dan kemudian dipaksa untuk mendapat beban yang sangat berat," tuturnya.
"Berisiko serangan jantung, stroke, gangguan irama," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar