Kondisi tenaga kesehatan di masa pandemi COVID-19 jadi perhatian. Jumlah pasien terus meningkat setiap harinya yang tentu berdampak pada kondisi tenaga medis, baik secara fisik maupun mental.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan Situational Report COVID-19 Indonesia per 23 September, menyoroti soal angka kematian dokter yang per tanggal 12 September sudah menyentuh angka lebih dari 100 orang. Per tanggal 27 September, Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia mencatat ada 127 dokter yang meninggal akibat terpapar COVID-19.
WHO juga menyinggung banyaknya tenaga kesehatan yang sudah mengalami kelelahan atau burnout di masa pandemi COVID-19.
"Studi dari Universitas Indonesia yang dilakukan dari Juni-Agustus menunjukkan sekitar 83 persen atau lebih dari 1.400 tenaga kesehatan di seluruh negeri mengalami kelelahan derajat sedang sampai berat," tulis WHO di situs resminya seperti yang dilihat detikcom, Rabu (30/9/2020).
"Beberapa dokter bahkan harus membayar sendiri tes PCR mereka hingga Rp 2,5 juta, sementara dokter lain mungkin tanpa sadar membawa penyakit tersebut," tambahnya.
Dalam laporan yang diterbitkan belum lama ini, WHO juga menyinggung soal serapan anggaran kesehatan di Indonesia yang baru dicairkan 6 persen dari total anggaran sebanyak Rp 87 triliun.
Selain itu, mengenai kondisi penanganan COVID-19 sendiri, WHO juga menyoroti soal jumlah kasus harian yang dilaporkan di Indonesia bukanlah jumlah orang yang terjangkit COVID-19 di hari itu sebab konfirmasi laboratorium bisa memakan waktu sampai sepekan.
https://cinemamovie28.com/13-hours-the-secret-soldiers-of-benghazi/
9 Dari 10 Pasien Sembuh Corona Alami Efek Samping, Apa Saja?
Sembilan dari sepuluh pasien virus Corona yang telah dinyatakan sembuh dilaporkan mengalami efek samping. Beberapa di antaranya seperti kelelahan, efek samping psikologis dan hilangnya penciuman dan rasa bahkan setelah mereka pulih dari penyakit tersebut, demikian menurut sebuah studi pendahuluan yang dilakukan peneliti Korea Selatan.
Hasil riset ini terungkap saat angka kematian akibat COVID-19 tembus 1 juta jiwa pada Selasa (29/9). Jumlah kematian ini juga menjadi sejarah kelam terkait pandemi COVID-19 yang telah melumpuhkan ekonomi global, membuat sistem kesehatan kolaps, dan mengubah cara hidup masyarakat.
Dikutip dari Reuters, menurut survei daring oleh Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), dari 965 pasien sembuh, sebanyak 879 orang atau 91,1 persen mengaku mereka menderita setidaknya satu efek samping.
"Kelelahan adalah efek samping yang paling umum dengan persentase 26,6 persen, diikuti oleh kesulitan berkonsentrasi yang mencapai 24,6 persen," kata Kwon Jun Wook, pejabat KDCA.
Efek samping lainnya termasuk dampak psikologis atau mental serta hilangnya indera penciuman dan perasa atau anosmia.
Profesor penyakit dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Nasional Kyungpook di Daegu, Kim Shin Woo, meminta tanggapan dari 5.762 pasien sembuh di Korea Selatan dan 16,7 persen di antaranya berpartisipasi dalam survei tersebut.
Sementara studi ini masih dilakukan secara daring, peneliti utama, Kim Shin Woo, akan segera mempublikasikan penelitian tersebut dengan analisis rinci. Korsel juga tengah melakukan riset terpisah bersama 16 organisasi medis mengenai komplikasi penyakit yang lebih detil dan melibatkan analisis CT scan pada pasien sembuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar