Selasa, 29 September 2020

Nyaris Rp 800 Triliun Sudah Dihabiskan untuk Tangani Corona di RI

 Pandemi Corona yang berlangsung lebih dari enam bukan ini sudah menghabiskan banyak uang. Pemerintah tercatat sudah menggelontorkan anggaran sekitar Rp 800 triliun untuk menangani virus yang belum ada obat dan vaksinnya ini.

Deputi Kepala BPKP Bidang Pengawasan Instasi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, Salamat Simanullang mengatakan anggaran sekitar Rp 800 triliun ini merupakan gabungan dari APBN dan APBD.


"Kita lihat APBN teralokasi Rp 695,2 triliun, APBD Rp 78,2 triliun, dana desa Rp 28,46 truliun. Total mendekati Rp 800 triliun," kata Salamat dalam acara Seminar Nasional Sinergi Pengawasan APIP-SPI-APH secara virtual, Jakarta, Selasa (29/9/2020).


Besar dana penanggulangan Corona, dikatakan Salamat untuk mengatasi dampak yang terjadi saat ini baik di sektor kesehatan, sosial, ekonomi, maupun keuangan.


Menurut dia, anggaran penanggulangan harus lebih besar lagi demi menyelesaikan kasus penyebaran Corona di tanah air. Bahkan dirinya menyebut, pemerintah bisa mengalokasikan besaran anggaran yang sama di tahun 2021.


"Dari sisi anggaran 2020 kita sudah anggarkan Rp 800-an triliun, kemungkinan anggaran yang sama harus disiapkan pemerintah di 2021 untuk tangani pandemi ini," ujarnya.


Dalam RAPBN tahun 2021, pemerintah tetap mengalokasikan anggaran penanggulangan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN). Anggaran yang disiapkan sebesar Rp 365,5 triliun.


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, ada beberapa alasan pemerintah menurunkan PEN, pertama mempertimbangkan biaya penanganan COVID-19 yang kemungkinan akan menurun.


"Penurunan anggaran PEN didasarkan pada perkiraan biaya untuk penanganan pasien COVID-19 yang akan jauh berkurang dibandingkan kondisi di tahun 2020," kata Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR RI, di Jakarta, Selasa (1/9/2020).


Selain itu, program perlindungan sosial juga dialokasikan lebih kecil dengan harapan roda perekonomian di masyarakat membaik. Begitu pula dengan dukungan pada UMKM, Korporasi, dan insentif pada dunia usaha.

https://cinemamovie28.com/office-christmas-party/


Tak Bisa Cium Bau dari Jarak 15 Cm? Waspadai Anosmia, Gejala COVID-19


 Saat seseorang terinfeksi COVID-19, berbagai macam gejala biasanya kerap muncul seperti demam, diare, dan batuk.

Namun, dari beberapa gejala yang ada, kehilangan indra penciuman atau anosmia menjadi ciri yang paling khas. Meskipun sering dialami saat seseorang flu, hal ini akan jauh lebih buruk pada pasien COVID-19.


Bagaimana cara mendeteksi dini adanya anosmia atau kehilangan indra penciuman?


Dijelaskan dokter spesialis THT dari RSUP Persahabatan, dr Deasi Anggraini, Sp THT-KL(K), gangguan indra penciuman bisa saja munculnya ringan pada pasien Corona, namun beberapa pasien kurang menyadarinya.


Walaupun tidak semua pasien COVID-19 akan mengalami anosmia dan hiposmia, tidak ada salahnya bagi pasien-pasien yang sudah terkonfirmasi positif Corona dari pemeriksaan RT-PCR untuk melakukan skrining mandiri terkait indra penciuman.


"Sebenarnya cukup mudah untuk melakukan skrining terhadap gangguan penciuman ini, kalau kita sendiri dokter THT, melakukannya dengan pemeriksaan yang cukup simpel dengan alkohol swab," terang dr Deasi.


"Kalau tidak bisa melakukan dengan alkohol swab di rumah mungkin dengan alat-alat sederhana, contohnya dengan minyak eucalyptus, atau minyak kayu putih misalnya," papar dr Deasi.


dr Deasi menambahkan, untuk pasien yang isolasi mandiri yang dilakukan di rumah, dan ingin skrining sendiri bisa menggunakan dengan:


- Minyak kayu putih

- Lemon,

- Minyak eucalyptus

- Cengkeh

- Bunga mawar


"Nilai normal biasanya diambil 15 cm, jadi ukuran jarak 15 cm dari permukaan hidung ke bawah. Jika pasien sudah mampu menghidu berarti pasien normal," kata Deisi.


Tetapi jika pengukuran 15 cm dari permukaan hidung tidak mampu berarti kemungkinan sudah terjadi anosmia.

https://cinemamovie28.com/miracle-in-cell-no-7/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar