Ketua Satgas Penanganan COVID-19, Doni Monardo, menyebut tingginya kasus Corona di Indonesia disebabkan banyaknya warga yang masih meremehkan COVID-19.
"Ada lima provinsi teratas yang masyarakatnya percaya tidak akan terpapar COVID. Pertama itu DKI angkanya berada pada posisi 30 persen, Jawa Timur 29 persen, Jawa Tengah 18 persen, Jawa Barat 16 persen, serta Kalimantan Selatan 14 persen," kata Doni dalam siaran pers BNPB melalui kamal YouTube, Senin (28/9/2020).
Meski data ini diambil dari bulan Juli 2020 dan sudah mulai banyak orang yang merubah pola perilakunya untuk melakukan pencegahan COVID-19, Doni tetap menegaskan agar masyarakat tidak lengah dalam menghadapi penyakit ini.
"COVID bukanlah rekayasa, COVID bukan konspirasi," tegas Doni.
"Kita tidak boleh anggap enteng, kita tidak boleh menganggap remeh, beberapa provinsi telah mengalami kemajuan, tetapi ini pun tidak boleh kendor. Begitu kendor, bisa-bisa kasusnya meningkat lagi," jelasnya.
Doni pun menjelaskan, ia dan pihaknya akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi tentang COVID-19, agar kesadaran masyarakat akan ancaman penyakit ini tetap terjaga dengan baik.
Berikut detail perkembangan kasus virus Corona COVID-19 di DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan per 29 September 2020.
DKI Jakarta:
- Total kasus: 72.577
- Kasus sembuh: 58.775
- Kasus meninggal: 1.716
Jawa Timur:
- Total kasus: 43.450
- Kasus sembuh: 36.708
- Kasus meninggal: 3.162
Jawa Tengah:
- Total kasus: 22.205
- Kasus sembuh: 15.834
- Kasus meninggal: 1.409
Jawa Barat:
- Total kasus: 21.759
- Kasus sembuh: 13.279
- Kasus meninggal: 405
Kalimantan Selatan:
- Total kasus: 10.289
- Kasus sembuh: 8.746
- Kasus meninggal: 419
https://cinemamovie28.com/tarzan-the-ape-man/
Bullying atau Bukan? Ini Kata Psikolog Soal Bangku Kosong untuk Terawan
Heboh tayangan Mata Najwa yang menampilkan 'bangku kosong' seolah tengah berbincang dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Tayangan Mata Najwa yang menyindir minimnya kemunculkan Terawan di tengah pandemi COVID-19 menuai pro-kontra.
Ada yang menyebut hal ini termasuk bullying lantaran dinilai menyudutkan Menkes Terawan. Pendapat psikolog mengenai hal ini pun beragam.
Menurut psikolog sekaligus konselor Rahma Nuzulia Tristinarum, apa yang dilakukan Najwa dalam tayangan Mata Najwa sama sekali tidak termasuk tindakan bullying. Bisa saja hal ini adalah sikap untuk meluruskan apa yang ditanyakan masyarakat selama pandemi Corona.
"Jika mengacu pada pengertian bullying di antaranya adalah berupa sikap dan perilaku yang menyakiti seseorang secara berulang, baik secara fisik maupun psikis, maka yang Najwa lakukan bukan termasuk tindakan bullying," ungkapnya saat dihubungi detikcom Rabu (30/9/2020).
"Bisa jadi acara tersebut adalah sebagai media untuk meneruskan aspirasi masyarakat," bebernya.
Rahma menjelaskan sikap bullying sendiri bertujuan untuk menyakiti seseorang dan dilakukan secara berulang. Bullying sangat merugikan baik dilakukan secara fisik, verbal, maupun non verbal.
Perilaku bullying tidak selalu memiliki kuasa lebih dibanding orang yang terbully. Bahkan Rahma menyebut tidak jarang kasus bullying terjadi pada orang yang memiliki posisi atau kuasa yang sama.
"Bullying tidak selalu dilakukan oleh orang yang punya kuasa kepada pihak yang lebih lemah. Seringkali justru dengan posisi yang relatif sama, hanya satu pihak biasanya merasa terancam atau punya tujuan tertentu sehingga membully pihak lainnya," jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar