Pandemi virus Corona sampai saat ini masih terus menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Bahkan sudah banyak nyawa yang hilang sejak wabah pertama kali muncul akhir 2019 lalu.
Berbagai gejala yang muncul saat seseorang terinfeksi seperti demam, batuk terus-menerus, sesak napas, hingga kehilangan fungsi indra penciuman. Tetapi, pandemi ini juga menyebabkan efek jangka panjang pada pasiennya.
Dikutip dari ABC News, semakin banyak laporan dan penelitian yang mencatat pengalaman para pasien COVID-19 yang sudah sembuh, tapi masih merasa kelelahan, sesak napas, atau bahkan nyeri pada otot terus-menerus. Menurut ahli virologi dari Queensland University, Dr Kirsty Short, banyaknya pasien yang mengalami kondisi efek jangka panjang ini masih sulit untuk diperkirakan secara pasti, karena virus ini masih baru.
"Ini (efek pada kesehatan) pasti terjadi, hanya saja belum bisa mengetahui seberapa umum itu terjadi," kata Dr Kirsty.
Pada bulan Juli lalu, peneliti di Italia pun menemukan hampir 90 persen pasien COVID-19 akut yang sudah sembuh masih mengalami gejala sampai 2 bulan setelahnya. Sementara penelitian di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan gejala COVID-19 bisa bertahan pada sekitar 10-15 persen pasien.
Orang tanpa gejala (OTG) dan pasien dengan gejala ringan pun juga bisa mengalami efek jangka panjang ini. Bahkan bisa bertahan sampai berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Meskipun virus Corona itu virus yang menyerang sistem pernapasan, tetapi kerusakan yang disebabkannya bisa terjadi pada organ tubuh lainnya. Virus ini bisa merusak hati, jantung, pembuluh darah, ginjal, dan saluran pencernaan.
"Kemungkinan besar mereka mengalami respons peradangan yang luar biasa, yang kita ketahui terjadi pada pasien COVID-19. Dan kemudian itu memiliki efek langsung," kata Dr Kirsty.
Berikut beberapa organ tubuh yang bisa rusak akibat efek jangka panjang dari infeksi COVID-19:
1. Paru-paru
Paru-paru ini bisa rusak saat virus masuk ke dalam sel-sel saluran udara. Ini bisa menyebabkan jaringan parut dan kaku yang mempersulit paru-paru untuk melakukan tugasnya untuk mengoksidasi darah, sehingga membuat seseorang terengah-engah.
2. Jantung
Virus ini pun bisa berdampak pada salah satu organ vital tubuh, yaitu jantung. Ini bisa menyebabkan radang otot jantung atau gagal jantung yang penyebabnya bisa karena kekurangan oksigen.
Ahli lainnya dari Queensland University, Dr Linda Gallo mengatakan bahwa COVID-19 memang bisa menyebabkan kerusakan jantung, tetapi umumnya tidak bertahan jauh dari masa pemulihannya.
"Dari bukti yang kami tahu, virus Corona juga berpengaruh pada jantung. Namun, itu umumnya tidak bertahan melampaui masa pemulihan," jelas Dr Gallo.
3. Otak
Jika virus Corona ini sudah masuk ke otak, itu bisa menyebabkan infeksi yang parah secara tiba-tiba. Gejala neurologis juga bisa terjadi akibat peradangan otak atau stroke karena pembekuan darah.
https://cinemamovie28.com/office-christmas-party/
Indonesia Masuk Daftar Prioritas Negara Penerima Vaksin China
China adalah salah satu pelopor dalam pengembangan vaksin COVID-19. Dari 300 kandidat vaksin di seluruh dunia, sembilan sedang dalam uji coba pada manusia fase 3 dan empat di antaranya diproduksi di China oleh Sinovac, Cansino, dan dua dari China National Biotech Group (CNBG).
Ketidakpastian tetap ada, tetapi para pejabat China optimis bahwa batch pertama vaksin COVID-19 akan siap untuk masyarakat umum awal November atau Desember. China telah memberikan kandidat vaksin COVID-19 yang diproduksi di dalam negeri kepada kelompok pekerja tertentu, termasuk staf medis dan petugas inspeksi perbatasan, sejak Juli, dan dilaporkan tak ada masalah serius dalam pemberian vaksin tersebut.
Dikutip dari South China Morning Post, China saat ini melakukan uji klinis di berbagai negara untuk melihat keamanan dan efektivitas vaksinnya. Adapun negara yang ikut dalam uji coba tersebut adalah Uni Emirat Arab, Bahrain, Peru, Maroko, Turki, Bangladesh, Brasil, dan Indonesia, yang nantinya akan menjadi negara penerima pertama vaksin COVID-19 yang dikembangkan China.
Otoritas kesehatan China juga mengatakan prioritas juga akan diberikan kepada negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Wakil presiden CNBG Zhang Yuntao belum lama ini menyebut jika disetujui oleh regulator obat negara, harga vaksin akan berkisar 600 yuan (Rp 1,3 juta). Tidak jelas apakah Zhang mengacu pada harga eceran atau grosir, tetapi angka tersebut masih merupakan yang tertinggi sejauh ini untuk calon vaksin.
Menurut Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), kapasitas tahunan negara tersebut untuk memproduksi vaksin COVID-19 akan mencapai 610 juta dosis pada akhir tahun ini, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 1 miliar dosis tahun depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar