Sabtu, 17 April 2021

RS India Kewalahan Hadapi Ledakan COVID-19, Seranjang Ditempati 2 Pasien

  COVID-19 di India sedang ngegas gila-gilaan. Rumah sakit kewalahan menampung pasien, sampai-sampai satu tempat tidur ditempati oleh dua orang.

Dari hanya 10 ribu kasus perhari yang dilaporkan, jumlah kasus COVID-19 di India kini menembus 200 ribu kasus perhari pada Kamis (15/4/2021). Angka ini merupakan yang tertinggi di seluruh dunia.


Salah satu rumah sakit khusus COVID-19 terbesar di India, Lok Nayak Jai Prajkash Narayan Hospital (LNJP), ambulans tak berhenti lalu lalang mengantarkan pasien. Beberapa pasien bahkan datang dengan bus dan becak.


Dikutip dari Reuters, pasien termuda adalah bayi baru lahir.


"Kami benar-benar kewalahan. Kami sudah bekerja melebihi kapasitas," kata direktur medis rumah sakit tersebut, Suresh Kumar.


Dari yang semula hanya 54 bed, rumah sakit ini sekarang memiliki lebih dari 300 bed untuk pasien dengan kondisi kritis. Beberapa pasien bahkan harus berbagi tempat tidur, sementara jenazah terbaring di luar bangsal menunggu diangkut ke kamar mayat.


"Hari ini kami menerima 158 pasien di Lok Nayak saja," katanya.


Setelah menetapkan lockdown paling ketat di dunia selama 3 bulan tahun lalu, India melonggarkan pembatasan pada awal 2021. Beberapa wilayah masih menerapkan pembatasan lokal.


Menurut Kumar, varian baru yang lebih cepat menular yang tidak terdeteksi tes COVID-19 menambah rumit penanganan. Begitu pula perilaku warga yang berubah saat lockdown dilonggarkan.


"Orang tidak mengikuti anjuran COVID," katanya. "Mereka tidak peduli."

https://tendabiru21.net/movies/the-road-not-taken/


Vaksin Nusantara dr Terawan, Buatan Amerika atau Indonesia?


 Vaksin nusantara, vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik yang digagas Terawan Agus Putranto, melanjutkan uji klinis fase II di RSPAD Gatot Soebroto meski tak mendapat izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dukungan mengalir karena vaksin ini dinilai sebagai karya anak bangsa. Benarkah?

"Vaksin nusantara adalah jenis vaksin yang dikembangkan di Amerika, dan diujicobakan di Indonesia," tegas juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam keterangan pers Kamis (15/4/2021).


Namun persoalan sebenarnya yang menghalangi restu BPOM bukanlah asal-usul vaksin nusantara, melainkan proses uji klinis fase sebelumnya yang dinilai bermasalah. Selain tidak memenuhi kaidah penelitian ilmiah, juga tidak menunjukkan kualitas maupun keamanan yang meyakinkan.


Tidak adanya lampu hijau dari BPOM juga membuat RS Dr Kariadi Semarang mengajukan penghentian sementara riset vaksin nusantara beberapa waktu lalu. Karenanya, site research pada uji klinis fase II tidak lagi ada di RS Dr Kariadi melainkan pindah ke RSPAD Gatot Soebroto.


Sebelumnya, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) juga sudah lebih dulu mundur dari tim riset vaksin nusantara. Tim UGM merasa tidak dilibatkan sejak awal berproses sehingga memilih menarik diri.


Dalam keterangannya, BPOM menyoroti peran peneliti asing dari AIVITA Biomedical yang lebih mendominasi jalannya riset. Transfer teknologi hanya dilakukan dengan memberi kesempatan beberapa staf RS Dr Kariadi untuk melihat beberapa proses pengembangan vaksin dendritik.


Bahkan menurut BPOM, kepemilikan paten dan metode pembuatan dalam uji klinis vaksin nusantara juga dimiliki oleh AIVITA Biomedical. Demikian juga berbagai komponen pembuatan vaksin, mulai dari antigen hingga medium pembuatan sel, semuanya import dari Amerika Serikat.


Apakah ada larangan mengembangkan vaksin dengan bahan-bahan dari luar negeri dan melibatkan peneliti asing? Tentu saja tidak ada larangan, selama prosesnya taat pada kaidah keilmuan sebagaimana disyaratkan BPOM.

https://tendabiru21.net/movies/morgan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar