Kisah pengalaman dokter koas di Semarang saat melakukan autopsi jenazah viral di media sosial. Pasalnya, jenazah yang harus ia autopsi untuk pertama kali adalah seorang bayi yang baru lahir.
"Pertama kali waktu mau dilaksanakan autopsi kita berdoa terlebih dahulu untuk mendoakan jenazahnya. Saat dibuka pembungkusnya, jujur rasanya pengen nangis melihat bahwa jenazahnya adalah seorang bayi yang baru lahir," kata Nasia Gustina, dokter koas dalam video viral tersebut, kepada detikcom, Kamis (22/4/2021).
Nasia menceritakan bagaimana rasanya melakukan autopsi jenazah untuk yang pertama kalinya. Ia mengaku merasa takut, degdegan, dan pusing. Terlebih kala itu ia sedang berpuasa dan harus memakai alat pelindung diri (APD) lengkap, yang membuatnya menjadi makin 'tidak karuan'.
"Pertama kali autopsi itu takut, degdegan, karena yang kita hadapin itu manusia tapi kondisi tidak bernyawa," ujar Nasia.
"Kendalanya sih yang pasti emosional ya. Soalnya ini jenazahnya seorang bayi dan rasanya sedih banget melihat kondisi bayinya tidak bernyawa dan mengenaskan," lanjutnya.
Dalam video tersebut pun tampak Nasia memasukkan teh celup ke dalam maskernya. Disebutkan, hal ini untuk meminimalisir bau dari jenazah.
"Jadi teh yang saya gunakan itu bisa sewaktu-waktu saya lepas kalau semisalnya kita disuruh identifikasi bau oleh dokter pembimbing," ucapnya.
Terlepas dari pengalaman pertamanya dalam melakukan autopsi jenazah, Nasia sangat menyayangkan masih ada orang yang tidak bertanggung jawab karena telah meninggalkan bayi ketika lahir hingga meninggal dunia.
"Untuk orang yang berkesempatan untuk dititipkan buah hati setidaknya sayangi, kasihi, dan rawat dengan sepenuh hati, karena di luar sana masih banyak orang yang menginginkan dan sudah berusaha keras untuk mendapatkan buah hati," jelasnya.
"Dan untuk generasi muda ke depannya tetap menjaga pergaulan agar tidak melakukan seks bebas sebagai salah satu upaya pecegahan terhadap kejadian seperti ini," tuturnya.
Video yang dibagikan oleh Nasia dalam akun TikTok miliknya, @callmenasiaaaaaaaa, ini telah ditonton lebih dari 3,5 juta pengguna.
https://cinemamovie28.com/movies/the-end-of-doels-love-story/
Ledakan COVID-19 Bisa Dihindari, Ini yang Bisa Dipelajari RI dari India
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengingatkan untuk mematuhi aturan terkait penanganan pandemi Corona di Indonesia. Salah satunya adalah larangan mudik lebaran 2021.
Menurut Wiku, larangan mudik ini dibuat dengan berbagai pertimbangan dan pengalaman Indonesia dalam menghadapi COVID-19. Selain itu, ia juga mengatakan kebijakan ini diberlakukan setelah melihat lonjakan kasus Corona di dunia, salah satunya di India.
"Sebagai catatan adanya aturan terkait peniadaan mudik juga merupakan hasil dari pembelajaran dari lonjakan kasus di India beberapa waktu lalu," kata Wiku dalam konferensi pers BNPB, Kamis (22/4/2021).
Sebelumnya Wiku mengatakan bahwa sejumlah negara di dunia saat ini tengah menghadapi lonjakan kasus Corona. Misalnya, India dari pertengahan Februari 2021 hingga saat ini angka penularan kasusnya meningkat tajam.
"(India) Sejak pertengahan Februari hingga hari ini angka kasus positif melonjak sangat tajam, dari yang sebelumnya hanya sekitar 9.000 kasus baru menjadi lebih dari 300.000 kasus baru per harinya," jelasnya.
Kemudian, kata Wiku, Turki dan Brasil juga mengalami nasib yang sama. Disebutkan, tiga negara itu menjadi penyumbang kasus baru Corona terbanyak di dunia.
"Setengah dari total kenaikan kasus harian disumbangkan oleh tiga negara ini. Sebagai gambaran pada tanggal 21 April 2021, terjadi lonjakan kasus baru di tingkat global sebesar 880.000 kasus, di mana di antaranya 450.000 kasus atau lebih dari 50 persen disumbangkan dari India, Brasil, dan Turki," ungkapnya.
Wiku mengatakan bahwa tren kasus di Indonesia saat ini tren mengalami penurunan, namun bukan berarti lonjakan kasus Corona tidak akan terjadi di Tanah Air.
Oleh karena itu, Wiku meminta untuk tetap patuh dalam menjalankan protokol kesehatan dan membatasi mobilisasi, seperti tidak melakukan mudik lebaran, demi mencegah meningkatnya kasus penularan COVID-19.
"Apabila Indonesia tidak hati-hati dan disiplin menjalankan protokol kesehatan, tidak menutup kemungkinan kita dapat mengalami lonjakan kasus yang signifikan dan tentunya sangat berpotensi berujung fatal," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar