Pandemi COVID-19 berimbas pada berbagai layanan kesehatan, termasuk jadwal imunisasi anak. Hal ini terlihat dari jumlah orang tua yang ragu membawa anaknya ke rumah sakit atau puskesmas untuk melakukan imunisasi karena takut tertular virus COVID-19.
Padahal, Dokter Spesialis Anak/ITAGI, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko menjelaskan bahwa imunisasi penting untuk melindungi orang-orang yang rentan dari Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Bahkan, semua negara telah mengakui imunisasi aman dan bermanfaat untuk mencegah sakit berat, cacat, dan kematian.
"Oleh karena itu, negara-negara berusaha memberikan vaksin gratis kepada rakyatnya, supaya bayi balita anak hingga remaja terhindar dari kesakitan dan kematian," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (22/4/2021).
Hal ini ia sampaikan dalam acara Dialog Produktif bertema Penting Imunisasi di Tengah Pandemi, yang digelar KPCPEN dan disiarkan di FMB9ID_IKP hari ini. Dalam kesempatan tersebut, Soedjatmiko pun menyampaikan penyakit seperti difteri, campak, pneumonia, masih ada dan perlu ditekan penularannya.
Ia menyampaikan sebelum pandemi COVID-19, banyak bayi yang terancam terinfeksi penyakit tersebut. Sementara di masa pandemi COVID-19, penyakit tersebut seolah-olah berkurang.
"Tapi sebenarnya apabila vaksinasi tidak dilakukan lengkap, terutama bagi bayi-bayi yang lahir sejak tahun 2020, bisa berpotensi ada wabah baru selain COVID-19," paparnya.
Terkait hal ini, Soedjatmiko pun menyarankan agar pekan imunisasi dunia yang dilaksanakan tiap pekan keempat bulan April ini menjadi momen untuk mengingatkan semua pihak soal pentingnya imunisasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit berbahaya.
"Para tenaga kesehatan kita juga perlu intensif untuk mengingatkan masyarakat agar melengkapi imunisasi rutinnya. Apabila jumlahnya masih terbatas bisa kita bantu informasinya melalui kader, ibu-ibu PKK, bahkan melalui media sosial," katanya.
Di sisi lain, Communication for Development Specialist UNICEF, Rizky Ika Safitri mengatakan Indonesia telah melakukan survei bersama Kementerian Kesehatan. Adapun survei ini telah dilakukan di awal pandemi ke lebih dari 5.000 posyandu.
"Ada lebih dari 5.000 posyandu dan puskesmas yang sudah mengaku mengalami gangguan seperti misalnya sebagian layanan imunisasi rutin terhenti, orang tua juga khawatir membawa anak untuk diimunisasi karena di masa pandemi COVID-19 seperti ini," ungkapnya.
Oleh karena itu, pemerintah melalui Kemenkes mengeluarkan panduan tentang pelayanan imunisasi di puskesmas dan posyandu. Dalam hal ini, Rizky menyebut terdapat empat hal yang menjadi poin penting.
"Harus jaga jarak, dipisah antara pasien COVID-19 dan bukan, jadwalnya diatur agar datang tidak berkerumun, dan ditekankan untuk menjaga protokol 3M kepada semua nakes dan pasien yang ada di puskesmas dan posyandu," pungkasnya.
https://cinemamovie28.com/movies/holy-weapon/
Jangan Kalap! Ini Dampak Makan Berlebihan Saat Sahur
Saat berpuasa Ramadhan, orang yang menjalankannya wajib menahan diri untuk tidak makan dan minum selama lebih dari 12 jam. Hal tersebut membuat waktu makan seseorang menjadi lebih sedikit.
Dengan sedikitnya waktu yang dimiliki untuk makan dan minum, beberapa orang menjadi kalap atau lupa diri sehingga makan dalam porsi yang sangat besar.
Dikutip dari Gulf News, Dr Hani Sabbour, konsultan kardiologi dan elektrofisiologi jantung di Klinik Cleveland Abu Dhabi menyampaikan, "hanya ada sekitar delapan setengah jam untuk makan dan minum tahun ini, dan orang-orang tidak boleh berpikir akan bisa mengonsumsi jumlah kalori biasa mereka dalam periode ini."
Saat puasa beberapa orang cenderung menjadi balas dendam, mereka mengonsumsi makanan seperti porsi seperti biasanya pada periode waktu yang sedikit tersebut.
Hal itu dapat membuat orang tersebut menjadi makan berlebihan. Padahal, seringkali tubuh mereka sudah mendapatkan cukup makanan tetapi belum memiliki waktu yang cukup untuk memberikan sinyal kenyang ke otak.
"Dibutuhkan sekitar 20 menit bagi otak Anda untuk mengirimkan sinyal ke perut untuk memberi tahu Anda bahwa Anda sudah kenyang. Makan berlebihan terjadi saat Anda terus makan melebihi titik kenyang ini," kata Erma Levy seorang ahli diet penelitian di MD Anderson.
Mengatur pola makan saat puasa sangat penting. Terlebih saat sahur, tubuh harus dipersiapkan dengan baik untuk menjalani ibadah puasa dengan memperhatikan kualitas makanan bukan hanya kuantitasnya saja. Berikut ini dampak makan berlebihan saat sahur dikutip dari Healthline.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar