Bulan Ramadhan membuat jadwal tidur menjadi berubah. Untuk menghindari kantuk pada jam kerja, beberapa orang memilih untuk tidur lagi.
Namun, imbasnya malah tubuh susah diajak kompromi ketika harus bangun pagi lagi untuk kedua kalinya.
Nah, untuk mendongkrak semangat pagi kamu di bulan puasa, detikcom sudah siapin nih tips-tipsnya agar kamu tetap semangat.
1. Jangan snooze alarm
Dikutip dari laman Huffpost, seperti yang kita tahu, jika alarm berbunyi kita sering kali memencet tombol snooze.
Nah, langkah pertama agar kamu bisa bangun, adalah jangan menekan tombol ini ya detikers. Berpikir beberapa menit untuk menunda bangun justru akan mengacaukan jam tidur tubuh kamu.
Biasakanlah bangun tepat waktu ya, kalau bisa setiap hari di jam yang sama. Jika kamu meneruskan selama satu minggu, maka tubuh akan mengikuti pola yang ada.
2. Segera mandi
Agar tubuh tetap terjaga setelah bangun tidur, cobalah mandi menggunakan air dingin. Suhu dingin biasanya bisa menyiagakan tubuh. Sedangkan air hangat, bisa membuat saraf tenang dan mengantarkan tubuh pada kantuk.
Itulah sebabnya jika kamu kelelahan di malam hari, disarankan untuk mandi dengan air hangat, agar istirahat kamu bisa lebih nyaman.
3. Berjemur
Berjemur di bawah sinar matahari sangat penting dilakukan untuk membuat tubuh segera terbangun. Sebab, sinar matahari adalah sinyal alami yang akan diterima tubuh sebagai penanda bahwa jam tidur sudah usai.
4. Dengarkan musik
Nah, cara untuk mendongkrak semangat pagi kamu yang lain adalah dengan mendengarkan musik. Dengan menyetel musik, maka semangat pagi akan terbentuk.
Musik yang dimaksud tak harus musik yang kamu sukai. Apapun jenis musiknya, yang dibutuhkan adalah irama dan kebisingan suaranya.
Bising suara dari musik adalah yang akan mengusik waktu tidur kamu, sehingga bisa terjaga dengan penuh.
https://trimay98.com/movies/spider-man/
Kegagalan India Cegah Gelombang Kedua COVID-19 yang Mematikan
Kondisi pandemi COVID-19 di India menjadi contoh apa yang bisa terjadi ketika orang-orang lengah dan tidak lagi mempedulikan virus. Dengan kasus harian COVID-19 mencapai lebih dari 200.000, India kini menjadi hotspot penyebaran virus.
"Saya melihat terlalu banyak orang meninggal di ambulans. Rumah sakit menolak pasien karena tempat tidur penuh, apoteker kehabisan obat, dan oksigen langka," komentar salah satu warga, Vimal Kapoor, seperti dikutip dari BBC pada Rabu (21/4/2021).
Menteri Kesehatan India, Harsh Vardhan, di awal Maret 2021 padahal sempat mengatakan bahwa negaranya sudah memasuki 'tahap akhir' perang melawan pandemi COVID-19. Ini berdasarkan data kasus infeksi rata-rata di bulan Februari mencapai 11.000, jauh di bawah puncak tahun lalu yang mencapai 93.000 kasus per hari.
Euforia mengalahkan pandemi di India sudah terbentuk dan diyakini oleh sebagian politisi dan media setempat sejak akhir tahun lalu. Keyakinan ini diperkuat dengan upaya vaksinasi yang menempatkan India sebagai salah satu negara penghasil vaksin COVID-19 terbesar di dunia.
Hingga kemudian di bulan Februari, India melaksanakan pemilu yang melibatkan 186 juta orang. Kampanye dimulai pada bulan Maret tanpa memperhatikan protokol kesehatan.
Acara olahraga dan keagamaan besar pun mulai dilakukan lagi-lagi tanpa protokol kesehatan.
Kurang dari sebulan, kondisi pandemi memburuk. Di pertengahan April kasus harian COVID-19 India mencapai 100.000 dengan rekor tertingginya mencapai lebih dari 270.000. Laporan oleh The Lancet COVID-19 Commission memperkirakan akan ada sekitar 2.300 orang meninggal setiap hari di India pada awal bulan Juni.
Media sosial di India kini penuh oleh video pemakaman, kerabat yang berduka di rumah sakit, antrean ambulans, dan mayat yang menumpuk. Netizen ramai saling meminta informasi kamar rumah sakit yang kosong, obat-obatan, suplai oksigen, dan tes COVID-19.
Kelalaian karena terlena oleh herd immunity atau kekebalan kelompok disebut ahli jadi penyebab akhirnya India menghadapi gelombang kedua COVID-19 yang lebih mematikan. Ungkapan bahwa India sudah berada pada tahap akhir pandemi ternyata menjadi sebuah pernyataan prematur.
"Sudah ada rasa kemenangan... Sebagian orang merasa kita sudah mencapai herd immunity. Sebagian orang lainnya ingin bisa kembali kerja. Narasi ini didengarkan oleh banyak orang, sehingga suara-suara yang memperingatkan sudah tidak lagi didengar," komentar K Srinath Reddy dari Public Health Foundation of India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar