Banjir yang menerjang sejumlah daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel), mengakibatkan layanan telekomunikasi di wilayah terdampak terganggu.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan dampak dari banjir Kalsel membuat supply listrik dari PLN terputus. Hal itu berakibat matinya Base Transceiver Station (BTS) seluler, seperti di Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong.
"Hingga saat ini jaringan seluler masih dapat melayani kebutuhan komunikasi para pelanggan di wilayah yang terdampak bencana tersebut. Namun, ada beberapa site BTS yang mengalami gangguan akibat banjir, yaitu sebanyak 155 site dari 6.640 total site atau sekitar 2,3% di Provinsi Kalimantan Selatan," ujar Dirjen PPI Kementerian Kominfo Ahmad M. Ramli kepada detikINET, Selasa (19/1/2021).
Disampaikan Ramli bahwa saat ini para operator seluler masih berupaya keras dalam pemulihan sebagian BTS yang terdampak bencana banjir Kalsel. Caranya dengan terus memberikan komitmen kapasitas dan kualitas layanan telekomunikasi terbaik kepada masyarakat.
"Beberapa operator mengantisipasinya dengan menyalakan genset dan melakukan rekayasa jaringan agar layanan untuk pelanggan tetap bisa terjaga," ucapnya.
Pada kesempatna ini, Kementerian Kominfo memastikan akan terus melakukan monitoring terhadap jaringan telekomunikasi dan meminta operator seluler untuk mengerahkan segala upaya untuk melakukan pemulihan terhadap site seluler yang masih down, sehingga dapat berfungsi kembali secara normal meskipun listrik PLN masih putus/down.
Banjir di Kalsel pada bulan pertama 2021 ini telah melanda 10 kabupaten/kota. Bencana tersebut sejauh ini merenggut 15 korban tewas dan 39 ribu warga mengungsi.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sendiri telah menetapkan wilayahnya sebagai daerah berstatus darurat atas bencana banjir pada 14 Januari dan gempa bumi pada 15 Januari 2021 lalu.
https://trimay98.com/movies/time-share/
Bos WhatsApp Buka-bukaan Soal Kontroversi Kebijakan Privasi
Kebijakan privasi baru WhatsApp yang kontroversial masih terus menarik perhatian. Bos WhatsApp Will Cathcart akhirnya buka suara tentang kebijakan yang akhirnya ditunda penerapannya ini.
Dalam wawancara dengan Times of India, Cathcart mengakui bahwa komunikasi yang dilakukan WhatsApp tentang perubahan kebijakan ini membuat penggunanya bingung. Ia juga menanggapi banyaknya pengguna WhatsApp yang pindah ke platform lain seperti Signal dan Telegram.
"Kami tahu bahwa kami harus bersaing untuk kepercayaan pengguna menyangkut privasi, dan kami pikir pada akhirnya ini adalah hal yang baik untuk dunia, untuk orang-orang memiliki pilihan," kata Cathcart, seperti dikutip dari Gadgets Now, Selasa (19/1/2021).
Mengenai kebijakan privasi baru WhatsApp, Cathcart menekankan bahwa mereka tidak mencatat daftar orang-orang yang dihubungi pengguna lewat chat atau telepon. WhatsApp juga tidak membagikan kontak dengan Facebook atau layanan Facebook lainnya.
Salah satu fokus utama dalam update ini adalah soal interaksi pengguna dengan akun bisnis. Cathcart mengatakan dengan update ini bisnis memiliki opsi untuk mengelola chat yang mereka terima di sistem Facebook.
Bisnis yang mendapatkan dukungan hosting di luar WhatsApp, termasuk dari Facebook, bisa melihat dan menggunakan informasi dari pengguna untuk tujuan marketingnya. Jadi pengguna harus berhati-hati saat menghubungi akun bisnis.
"Namun demikian, untuk transparansi penuh, kami akan memberi tahu pengguna di bagian atas chat jika bisnis mendapat dukungan dari Facebook. Semua terserah pengguna apakah mereka mau atau tidak menghubungi bisnis di WhatsApp, atau jika mereka hanya ingin berkomunikasi dengan teman," jelas Cathcart.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar