Kasus-kasus gancet alias penis captivus sebenarnya belum pernah ada yang terkonfirmasi. Namun secara teori, bukan hal yang mustahil alat kelamin bisa saling terkunci saat berhubungan seks.
Saat ereksi, penis terisi darah dan dapat terus membesar sebelum orgasme. Dinding vagina yang terbuat dari jaringan otot akan mengembang dan berkontraksi saat berhubungan seks. Otot-otot di dalam vagina juga mungkin berdenyut sedikit selama orgasme.
Setelah orgasme, otot vagina akan mulai mengendur. Jika pria juga mencapai orgasme, darah akan mulai mengalir dari penisnya, dan ereksinya akan mereda. Pria mungkin bisa mengeluarkan penis dari vagina saat hal ini terjadi.
Kadang-kadang, otot vagina bisa berkontraksi lebih dari biasanya. Kontraksi ini bisa mempersempit lubang vagina. Penyempitan ini dapat menghalangi pria untuk melepaskan penisnya, terutama jika penisnya masih membengkak dan ereksi.
Kondisi inilah yang memungkinkan terjadinya gancet atau penis captivus.
Dikutip dari Healthline, berikut solusi terhadap permasalahan gancet saat bercinta:
1. Jangan panik
Ketika mengalami gancet saat bercinta dengan pasangan, usahakan tetap tenang dan jangan panik. Panik dapat menyebabkan upaya menarik penis secara paksa dan menimbulkan rasa sakit sehingga bercinta menjadi tidak nyaman.
Biasanya, gancet dialami selama beberapa detik. Tarik napas dalam-dalam beberapa kali agar otot cenderung rileks.
2. Konsultasi dengan dokter
Jika ini terus terjadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Insiden seperti gancet kemungkinan berhubungan dengan kondisi yang tidak baik dalam tubuh, seperti vaginismus atau masalah aliran darah.
https://indomovie28.net/movies/neerja/
Travelling di Masa Pandemi, Termasuk Self Love atau Egois?
Istilah self love tidak asing lagi di kalangan masyarakat, khususnya generasi anak muda. Banyak orang yang melakukan berbagai cara untuk menyenangkan diri sendiri, seperti menonton film sebagai apresiasi ke diri sendiri setelah bekerja keras.
Travelling juga dikategorikan sebagai self love untuk memenuhi kepuasan diri sendiri. Tak sedikit dari mereka yang rela merogoh kocek untuk jalan-jalan agar pikiran menjadi lebih rileks.
Namun, travelling di masa pandemi itu termasuk self love atau sebenarnya merupakan ego diri sendiri?
"Di masa pandemi ini, aktivitas-aktivitas yang bisa kita lakukan untuk menghibur diri kita sendiri agar lebih rileks itu mungkin menjadi lebih terbatas," kata Inez Kristanti, Clinical Psychologist & Sexuality Educator dalam acara e-Life detikcom pada Jumat (29/1/2021).
"Kita perlu menyadari bahwa saat masa pandemi ini ada aspek-aspek yang perlu kita perhatikan. Kalau mau merawat diri sendiri itu jangan sampai membahayakan orang lain. Cari alternatif kegiatan lain yang bisa dilakukan untuk menyenangkan diri sendiri tanpa harus merugikan orang lain," tambahnya.
Untuk itu, ada beberapa kegiatan self love yang bisa dilakukan selama era pandemi, seperti menonton film, membaca buku, atau video call dengan teman-teman. Pada dasarnya, setiap orang punya cara yang berbeda-beda untuk menyenangkan diri mereka sendiri.
"Jangan mementingkan diri sendiri atas nama self love. Kalau self love yang merugikan orang lain itu jatuhnya egois," pungkasnya.
Jadi, travelling saat pandemi termasuk self love atau egois? Tinggalkan komentar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar