Rabu, 27 Januari 2021

Microsoft Ejek Touch Bar MacBook Pro

 Microsoft mengejek Touch Bar yang ada di MacBook Pro dalam sebuah video iklan yang mempromosikan Surface Pro 7 buatannya.

Dalam iklan ala video review tersebut Microsoft membandingkan Surface Pro 7 dengan MacBook Pro, dan mereka mengejek salah satu fitur 'unggulan' laptop tersebut.


"Mac memberi saya garis kecil ini, namun kenapa mereka tak bisa memberi layar sentuh saja," ujar si reviewer.


Sebenarnya, Touch Bar ini memang fitur yang agak aneh. Fitur ini seringkali disebut tak berguna dalam berbagai ulasan. Namun memang ada juga pengguna yang mengaku kalau fitur ini berguna.


Microsoft juga bukan satu-satunya yang mengejek Touch Bar. Bahkan seorang mantan pegawai Apple pun mengeluhkan langkah Apple yang memaksa pengguna untuk membayar fitur yang tak dibutuhkan dan diinginkan ini.


Dalam postingan blognya, Chuq Von Rospach yang sebelumnya bekerja untuk Apple selama 17 tahun, mengeluhkan langkah Apple yang memaksa pengguna MacBook Pro untuk membayar biaya tambahan untuk Touch Bar, meski mereka tak membutuhkan fitur ini.


"Lini yang ada saat ini (MacBook Pro) memaksa pengguna untuk membayar Touch Bar di perangkat varian kelas atas meski mereka tak menginginkannya. Dan hal itu membuat pengguna mengeluarkan biaya tambahan yang tak diperlukan untuk teknologi yang masa depannya tak jelas," tulis Rospach.


Rospach yang sebelumnya menggunakan MacBook Pro 2016 mengaku tak kehilangan fitur tersebut setelah menggunakan iMac 5K, yang tak mempunyai Touch Bar tentunya.


Ia pun menyarankan sebuah solusi, yaitu memperbanyak lini produk yang mempunyai Touch Bar dan Touch ID ke keyboard terpisah, atau Apple juga bisa merilis lebih banyak lebih laptop tanpa Touch Bar.


Belakangan ini pun beredar rumor kalau Apple bakal menghilangkan Touch Bar dari lini MacBook Pro dan kembali menggunakan tombol fisik layaknya keyboard di MacBook Air yang tak mempunyai Touch Bar.

https://maymovie98.com/movies/mount-kawi/


Mesin Maktu Mungkin Bisa Diciptakan, Tapi...


Belum ada yang berhasil melakukan perjalanan waktu. Namun pertanyaan apakah kemungkinan itu secara teoritis mungkin atau tidak terus membuat para ilmuwan tertarik untuk mendalami.

Nah, pada September tahun lalu, seorang mahasiswa fisika Germain Tobar, dari University of Queensland di Australia, mengatakan dia telah menemukan cara untuk 'mengkuadratkan angka' agar perjalanan waktu memungkinkan tanpa paradoks. Dengan kata lain, perjalanan waktu bisa terjadi namun tidak dapat mengubah apapun.


"Proses matematika yang kami temukan menunjukkan bahwa perjalanan waktu dengan kehendak bebas dimungkinkan secara logis di alam semesta kita tanpa (terjadi) paradoks," jelas Germain Tobar, penulis utama studi ini.


"Tidak peduli apa yang Anda lakukan, peristiwa penting akan terkalibrasi ulang di sekitar Anda," tuturnya seperti tertulis di website University of Queensland.


Jadi jangan bayangkan bahwa jika ketika kamu pergi ke masa lalu untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan berharap kamu bisa membasmi virus secara total. Penelitian ini berspekulasi bahwa penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2 itu masih akan lolos dengan cara lain misalnya melalui rute yang berbeda atau dengan metode yang berbeda. Akan selalu ada koreksi yang dilakukan untuk apa yang terjadi di masa depan.


"Dalam contoh pasien nol virus corona, Anda mungkin berhasil menghentikan pasien nol dari infeksi. Tapi, dengan melakukan hal ini, mungkin Anda yang akan menjadi pasien tersebut atau orang lain yang akan terinfeksi," tutur Dr Fabio Costa, co-author dari studi tersebut mengutip BGR, Rabu (27/1/2021).


Penelitian baru ini membawa hipotesis yakni perjalanan waktu itu mungkin dilakukan tetapi penjelajah waktu akan dibatasi dengan apa yang mereka lakukan guna menghentikan mereka menciptakan paradoks. Dalam model ini, penjelajah waktu memiliki kebebasan untuk melakukan apapun yang mereka inginkan, tetapi paradoks tidak mungkin terjadi. Dengan kata lain, bisa saja terjadi perjalanan waktu tapi sulit untuk melakukan perubahan yang signifikan.

https://maymovie98.com/movies/generasi-kocak-90-an-vs-komika/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar