Jumat, 29 Januari 2021

Hujan Kritik untuk Kominfo Usai Batalkan Lelang Frekuensi 5G

 Keputusan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membatalkan hasil lelang frekuensi 2,3 GHz menuai kritik tajam. Belum matang, kurang cermat dan publik butuh penjelasan.

Kominfo menjelaskan pihaknya berhati-hati menyelaraskan dengan perundang-undangan terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di lingkungan Kominfo, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2015. Namun setelah itu, Kominfo mengatakan proses lelang akan diulang kembali.


"Penggelaran layanan 5G secara komersil sebagai sebuah showcase kepada publik akan kembali dimasukkan sebagai kewajiban di dalam seleksi ulang pita frekuensi 2,3 GHz ke depannya," kata Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi kepada detikINET, Selasa (26/1).


Telkomsel, Tri dan Smartfren sebagai pemenang lelang, tampaknya pasrah dan menunggu langkah baru Kominfo. Namun, berbagai kritikan pun datang dari berbagai pihak lain. Bagaimana bisa sebuah kementerian negara membatalkan sebuah proses lelang yang sudah diumumkan secara transparan dan bahkan sudah ada pemenang lelangnya. Dihimpun detikINET, Jumat (29/1/2021) inilah aneka kritikan mereka:


1. Dinilai belum matang


Doni Ismanto dari Indotelko Forum mengatakan, baru kali ini ada tender dibatalkan di Kominfo. Doni mengkritisi lelang tersebut juga sebagai cermin bahwa Kominfo belum secara matang melakukan lelang.


"Kurang matang perencanaan. Padahal, sudah tahu ada aturan PNBP," kata Doni.


2. Utang penjelasan kepada publik


Kritik juga datang dari Direktur ICT Institute Heru Sutadi. Kominfo punya utang kepada publik untuk menjelaskan secara rinci pembatalan lelang frekuensi 2,3 GHz yang nantinya direncanakan untuk dipakai sebagai frekuensi 5G itu.


"Penyelenggaraan lelang kan juga menjadi bagian dari good dan open governance. Apalagi ini dipantau secara internasional," ucap mantan Komisioner BRTI ini.


3. Kominfo kurang cemat


Menurut pengamat telekomunikasi Nonot Harsono, pada dasarnya Kominfo itu mempunyai segudang pengalaman soal lelang frekuensi. Kalau sampai batal, gegara tersandung PP No 80/2015, artinya Kominfo kurang cermat.


"Makanya saya bilang, Kominfo sudah berpengalaman. Alasan pembatalan lelang kemarin menegasikan bahwa panitia tidak tidak hati-hati, karena tidak sesuai dengan PP 80," ucap Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Masyarakat Telamatika Indonesia (Mastel) ini.


Nonot juga meminta agar penggelaran layanan 5G di pita frekuensi 2,3 GHz tidak bisa dipaksakan. Sebab bila demikian, maka bisa jadi layanan 5G nanti jadinya rasa 3G.


"Itu kesalahan di awal. Secara logika untuk 5G yang paham tahu penggelaran 5G tidak bisa dipaksakan hanya 10 MHz. Semua akademisi tahu kalau menggelar 5G itu harus minimal 80-100 MHz secara contiguous," kata Nonot, Kamis (28/1).

https://tendabiru21.net/movies/dear-nathan-thank-you-salma/


Ramalan Suram Bos Moderna Soal Masa Depan Virus Corona


CEO Moderna, Stephane Bancel, punya prediksi suram soal virus Corona. Ia menyebut pertarungan melawan pandemi Corona masih akan panjang dan terdapat juga kemungkinan virus Corona COVID-19 akan ada selamanya.

Vaksin Corona besutan Moderna sendiri disebutnya efektif bahkan dalam melawan varian baru virus Corona, baik yang berasal dari Inggris atau Afrika Selatan. Namun demikian, bisa jadi vaksin harus terus diberikan pada warga untuk melindungi dari mutasi virus Corona di masa depan.


"Saya percaya SARS-CoV-2 akan tinggal bersama manusia selamanya. Kita harus punya vaksin yang diadaptasi pada virus ini, seperti halnya flu. (Keduanya) sama saja, mereka adalah virus mRNA dan kita harus hidup dengannya selamanya," kata dia yang dikutip detikINET dari Yahoo Finance, Jumat (29/1/2021).


Masa depan pandemi Corona akan bergantung pada beberapa faktor, apakah akan bertambah buruk atau baik. Bancel berharap kandidat vaksin yang lain segera disetujui untuk membantu vaksin Moderna maupun Pfizer yang saat ini sangat diandalkan di negara barat dalam membendung virus Corona.


Jika sudah ada vaksin lain, maka Moderna bisa beralih untuk meneliti varian baru Corona. Kandidat yang mungkin akan segera disetujui adalah buatan Johnson & Johnson yang juga seperti Moderna dan Pfizer, berbasis teknologi vaksin mRNA.


Walau mengutarakan ramalan suram, menurut Bancel yang paling penting adalah menurunkan kemampuan mematikan virus Corona. Hal itu akan cukup untuk mengendalikan pandemi.


"Saya tidak percaya patokan sukses adalah dengan mengeliminasi atau melenyapkan virus Corona ini. Patokan kesuksesan adalah dengan menurunkan kapasitas virus Corona ini untuk membunuh, membuat orang dirawat di rumah sakit, merusak kehidupan ekonomi dan sosial kita," pungkasnya.

https://tendabiru21.net/movies/dear-nathan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar